NAMA : IKE WULANDURI
NIM : L23111008
MATA
KULIAH : TEKNOLGI PENANGKAPAN IKAN
ALAT TANGKAP LAMPARA
PENGERTIAN
Lampara
adalah alat penangkapan ikan yang sekilas memang mirip dengan payang. Lampara
terbuat dari jaring yang berbentuk persegi empat akan tetapi bagian tengah
lebih lebar, terdiri dari sayap dan kantong. Kantong pada lampara tidak lancip
tetapi menggelembung. Lampara termasuk dalam klasifikasi pukat kantong, karena
lampara seolah-olah memiliki kantong yang menggelembung (Subani, 1989).
Lampara
dasar yang berkembang di masyarakat perikanan, banyak mengalami perubahan atau
modifikasi bentuk yang menyimpang dari bentuk konstruksi lampara dasar yang
asli. Lampara dasar yang dimodifikasi (sesuai dengan standar bentuk baku
konstruksi pukat hela/trawl net) banyak dipergunakan oleh para nelayan skala
kecil di daerah perairan seluruh Indonesia.
KONSTRUKSI ALAT
Kontruksi
lampara dasar terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian sayap (kiri
dan kanan) dan bagian kantong. Bagian sayap berperan sebagai jalur penaju atau
penghalau udang dan ikan demersal agar cenderung masuk ke dalam kantong.
Panjang bagian sayap merupakan dasar penentuan ukuran dari besarnya suatu
lampara dasar, semakin panjang maka semakin luas dasar perairan yang dapat
disapu.
Bahan,
jenis, ukuran dan bentuk komponen masing-masing bagian alat tangkap lampara
dasar modifikasi, antara lain :
1. Bahan
jaring Tubuh pukek osoh dan lampara dasar terdiri dari dua yaitu panel atas dan
panel bawah. Panel atas terdiri dari empat bagian yaitu sayap, medan jaring
atas, badan pukat, kantong dan panel bawah terdiri dari tiga bagian yaitu
sayap, badan pukat dan kantong. Bahan terbuat dari benang nilon poly ethylene
lazimnya disebut PE Ø 1 mm no. 12 dan warna biru tua. Berikut adalah uraian
ukuran masing-masing bagian :
a. Sayap.
Sayap terbagi dua bagian sayap atas dan sayap bawah, panjang sayap atas 6,00
meter dan sayap bawah 6,58 meter. Bagian–bagian lain pada sayap atas dan sayap
bawah memiliki ukuran yang sama yaitu lebar bagian depan 3,44 meter, lebar
bagian belakang 3,72 meter.
b. Medan jaring atas. Panjang medan jaring atas
yaitu 0,58 meter, lebar depan 5, 10 meter, lebar belakang 4,98 meter, ukuran
mata bagian depan dan belakang 2,50 inci, jumlah mata depan 125 buah, jumlah
mata bagian belakang 119 buah dan shortening 35,24 persen.
c. Badan
pukat atas dan badan pukat bawah. Kedua panel badan pukat memiliki panjang
yaitu 7,48 meter, lebar depan 4,98 meter, lebar belakang 1,46 meter, ukuran
mata bagian depan 2,00 inci, ukuran mata belakang 1,00 inci,
d. Kantong
atas dan Kantong bawah. Kedua panel kantong memiliki panjang yaitu 7,50 meter,
lebar depan 1,46 meter, lebar belakang 0,56 meter, ukuran mata bagian depan
1,00 inci.
2. Tali.
Tali dibutuhkan untuk membuat dan mengoperasikan lampara dasar, adapun tali
yang dibutuhkan serta bahan dan ukurannya adalah sebagai berikut :
a. Tali
ris atas. Jenis tali ris atas adalah poly ethylene (PE) Ø 6 mm No. 6 warna biru
tua, arah pilinan tali ke kanan dan panjang tali ris atas adalah 13,50 meter.
b. Tali
ris bawah. Jenis tali ris bawah adalah poly ethylene (PE) Ø 6 mm No. 6 warna
biru tua, arah pilinan tali ke kanan dan panjang tali ris bawah adalah 14,27
meter.
c. Tali
pelampung. Jenis tali pelampung adalah poly ethylene (PE) Ø 10 mm No. 10 warna
putih, arah pilinan tali ke kanan dan panjang sama dengan panjang tali ris atas
13,50 meter.
d. Tali
pemberat51. Tali pemberet terdiri dari dua utas yaitu tali dengan jenis poly
ethylene (PE) Ø 10 mm No. 10 dan jenis poly ethylene (PE) Ø 4 mm No. 4 dan
masing-masing berwarna putih, arah pilinan tali ke kanan dan panjang tali sama
dengan panjang tali ris bawah 14,27 meter.
e. Tali
penarik. Tali ini adalah penghubung lampara dasar dengan kapal dengan jenis
poly ethylene (PE) Ø 10 mm No. 10 warna putih, arah pilinan tali ke kanan dan
panjangnya 150 meter.
f. Tali
danleno. Tali antara ujung sayap depan dengan danleno. Tali ini adalah
penghubung antara ujung sayap depan dengan danleno, dengan jenis tali adalah
poly ethylene (PE) Ø 10 mm No. 10 warna biru tua, arah pilinan tali ke kanan
dan panjang 1,50 meter.Tali antara danleno dengan papan rentang Tali ini adalah
penghubung antara danleno dengan papan rentang, jenis tali adalah polyethylene
(PE) Ø 10 mm No. 10 warna biru tua, arah pilinan tali ke kanan dan panjang 2,50
meter.
3. Pelampung.
Pelampung yang dipakai adalah type Y-8 yang terbuat dari Jenis poly
vinyilchloride (PVC) yang dipasang pada bagian sayap dan mulut kantong. Jumlah
pelampung yang dibutuhkan Y-8 sekitar 15 buah berbentuk oval dengan berat
masing-masing 20 gram.
4. Pemberat.
Pemberat terbuat dari timah hitam atau plumbum (Pb) dengan berat masing-masing
±80 gram dengan jumlah seluruhnya 82 buah dan berbentuk oval.
5. Danleno.
Danleno terbuat dari balok kayu yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran
panjang 60 cm, lebar 5 cm dan tebal 3 cm.
6. Papan
rentang52. Papan rentang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan besi berbentuk
persegi dengan ukuran panjang 75 cm, lebar 35 cm dan tebal 4,5 cm dengan berat
±10 kg.
KELENGKAPAN DALAM UNIT
PENANGKAPAN IKAN
Kapal
Kapal
yang digunakan untuk pengoperasian lampara dasar yaitu kapal motor yang
berkekuatan mesin kurang dari 16 hp dan lebih baik
diperlengkapi dengan alat penarik selambar yaitu winch atau capsta (BPPI
Semarang dalam Irvan
1997).
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian pukat tarik lampara
biasanya relatif kecil dan sederhana dimana panjangnya 9-18 m dengan tipe
geladak yang terbuka (Ardidja, 2007). Kapal yang digunakan pada
pengoperasian alat tangkap ini ada 3, yaitu kapal dengan ukuran lebih besar
dengan bahan dasar kayu maupun besi, kemudian perahu jaring sebagai pengangkut
alat tangkap, dan perahu sebagai pembawa lampu untuk menggiring ikan
(Subani dan Barus, 1989).
Nelayan
Jumlah
nelayan yang dibutuhkan adalah 6 orang dengan pembagian kerja yaitu satu orang
sebagai juru kemudi, satu orang juru mesin, satu orang juru masak dan tiga
orang pembantu
Alat
Bantu
Menurut Subani dan Barus (1989) alat bantu yang digunakan dalam pengoperasian
lampara adalah lampu listrik atau lampu petromaks, tali hela atau tali
selambar, serok, dan besi. Lampu listrik atau lampu petromaks untuk menggiring
ikan, sedangkan tali hela atau tali selambar digunakan sebagai alat bantu
membentuk kantung seperti mangkuk saat proses hauling. Serok digunakan untuk
memindahkan ikan dari jaring ke kapal, sedangkan besi digunakan untuk membentuk
kantong jaring yang sempurna. Menurut Ardidja (2007) selain itu juga terdapat
beberapa nelayan yang menggunakan alat penarik tali selambar yang berupa winch
atau kapstan.
METODE PENGOPERASIAN ALAT
Pengoperasian
lampara dasar dilengkapi dengan kelengkapan alat pembuka mulut jaring yang
berupa papan (otter board) dioperasikan menyelusuri dasar perairan yang dihela
di belakang kapal yang sedang berjalan. Penghelaan lampara dasar dengan
kecepatan hela sekitar 1-2 knot selama 2-3 jam (Bukhari,2005). Teknik
pengoperasian alat tangkap pukek lampara dasar adalah sebagai berikut :
1. Penurunan pukat (Setting). Penurunan alat
tangkap dilakukan dari buritan kapal dengan kecepatan perlahan-lahan dan
setelah proses penurunan selesai maka kecepatan di tinggikan. Kapal bergerak
maju dan tali selembar diikatkan pada kayu papan yang diletakkan masing-masing
dikedua sisi kapal secara mendatar, dengan panjang masing-masing kedua kayu
papan kurang lebih 3 (tiga) disesuaikan dengan kedalaman perairan dan kecepatan
hela. Penggunaan tali penarik dan pengaturan kecepatan hela dengan tujuan untuk
mengatur kedalaman pukat agar dapat menyelusuri dasar perairan.
2. Penghelaan
pukat (Towing). Penghelaan alat tangkap dilakukan di belakang kapal yang sedang
berjalan sehingga pukat lampara dasar modifikasi menyelusuri dasar perairan
dengan mengikatkan tali penarik penghubung antara alat tangkap dengan kapal
pada ujung balok kayu yang dipasang disisi kapal. Penghelaan pukat selama 2-3
jam operasi dengan kecepatan hela sekitar 1-2 knot.
3. Pengangkatan
pukat (Hauling). Pengangkatan alat tangkap lampara dasar modifikasi dilakukan
dari buritan kapal dengan menarik tali penarik. Setelah tali penarik ditarik,
kemudian pukat lampara dasar diangkat ke atas geladak kapal.
Berdasarkan
metode pengoperasian lampara dasar modifikasi di atas kecepatan kapal dalam
menarik trawl di dasar perairan tergantung pada target dari tangkapan,
penarikan yang terlalu lambat akan menyebabkan papan rentang (otter board)
tertutup bersamaan, sehingga mulut trawl akan tertutup juga, sedangkan
penarikan yang terlalu cepat akan menyebabkan jaring kelebihan daya angkat,
sehingga tidak menyentuh dasar perairan, dan ini tidak baik dalam pengoperasian
alat tangkap.
DAERAH PENANGKAPAN
Fishing
ground lampara
dasar terdiri dasar perairan yang rata, berlumpur atau berpasir, tidak terdapat
benda yang menghalangi atau merusak jaring seperti tonggak sisa bagan dan
bangkai dari sisa kapal atau perahu yang rusak, dan terdapat banyak udang.
Daerah
penangkapan lampara dasar berkisar 0,5 - 1,5 mil dari pantai, dengan kedalaman
berkisar 15 - 20 meter, suhu 26 - 28 ˚C dan salinitas 31 – 33 per mil. Alat tangkap lampara dioperasikan di perairan pantai dan
teluk-teluk. Hasil pengkapan yang baik umumnya diperoleh pada malam hari dalam
keadaan laut tidak bergelombang dan arus yang tidak begitu kuat ( Subani dan
Barus, 1989).
HASIL TANGKAPAN
Jenis
hasil tangkap lampara dasar adalah ikan-ikan campuran (ikan pelagis dan ikan
demersal) yaitu udang putih, udang merah selar kuning (Selaroides leptolepis),
kwee (Carangoides ciliarius), selar lazor (Mene maculata), alualu (Spyraena
jello), kapas-kapas (Gerres filamentosus), kurusi (Nemipterus hexodon), peperek
(Leiognathus equulus) dan ikan kuro (Elautheronema tetradactylum). Ikan
kakap, kerapu, bawal, kurisi, beloso, ikan sebelah, ikan lidah.
REFERENSI
Ardidja, S. 2007. Alat Penangkapan Ikan
[terhubung berkala]. Http://www.scribd.com/doc/20111075/Alat-Penagkap-Ikan
(2
April 2014).
Bukari 2005. Present StatusTrawl di
Indonesia. Metode Penangkapan Pukek Osoh Di Muaro Anai Padang Sarai .Kota
Padang. Makalah Seminar Departemen Kelautan dan Perikanan . Jakarta
http://rivinia.arindina10.student.ipb.ac.id/2012/01/25/alat-penangkapan-ikan/
(Diakses pada tanggal 2 April 2014 pukul 01.30 wita)
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat
Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut
Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Hal. 42-43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar