I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah Beru adalah kelurahan di kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kelurahan ini terletak di Tanjung Bira. Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 % berada pada ketinggian 0 sampai dengan 1000 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan tanah umumnya 0-400. Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km. Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5o 20’ 00” – 5o 40’ 00” Lintang Selatan dan 119o 50’ 27” – 120o 28’ 27” Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (www.bulukumbakab.go.id/):
· Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Sinjai
· Sebalah Selatan : berbatasan dengan Laut Flores
· Sebelah Timur : berbatasan dengan Teluk Bone
· Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng
B. Tujuan Praktik
Adapun tujuan di laksanakannya praktik lapang Metodologi penelitian perikanan ini yaitu;
1. Untuk mengetahui cara pengambilan data menggunakan metode sampling
2. Untuk mengetahui alat tangkap purse seine di tempat praktek
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Kapal-kapal Purse Seine di Pelabuhan
Kapal perikanan adalah kapal perahu atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, budidaya ikan, pengangkut ikan pengolah ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal penangkap ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung, penyimpan, mendinginkanm atau mengawetkan. Kapal pengangkut ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk mengangkut ikan, termasuk memuat, menampung, menyimpan, mendinginkan, atau mengawetkan (Ménard, Fonteneau dkk., 2013).
Purse seine mulai digunakan pada kawasan pesisir di timur tropis Atlantik pada awal tahun 1960-an. Sebagian besar wilayah lepas pantai Atlantik Equatorial tetap bebas dari alat tangkap permukaan sampai 1975, tapi perikanan purse seine yang dikembangkan antara tahun 1975 hingga 1990, target konsentrasi monospecific tuna kuning besar (Thunnus albacares). Sejak tahun 1991, penangkapan gerombolan tuna menggunakan rumpon telah menyebar luas. Di Atlantik Equatorial khususnya berkembang menjadi FAD musiman zona perikanan utama untuk cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna sirip kuning dan runa mata besar (Ménard, Fonteneau dkk., 2013).
Menurut Winugroho (2006) dalam Ifa dkk. (2011), Purse seine atau pukat cincin merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan di dunia. Hal ini dikarenakan alam satu kali pengangkatan hasil tangkapan dapat mendapatkan jumlah yang banyak. Di Indonesia jenis alat tangkap yang memiliki konstruksi hampir sama antara lain : pukat langgar, pukat senangin, gae dan giob.
Brandt (1984) dalam Ali, dkk (2012) menyatakan bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan ikan pelagis di permukaan air. Purse seine dibuat dengan dinding jaring yang panjang, bahkan hingga beberapa kilometer, dengan panjang jaring bagian bawah sama atau lebih panjang dari pada bagian atas. Bentuk konstruksi jaring seperti ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jarring purse seine. Karakteristik jaring purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring. Dilihat dari segi konstruksi maka komponen jaring pukat cincin (purse seine) dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian besar, yaitu: (1) badan jaring, (2) tali kerut, (3) cincin (ring), (4) pelampung dan pemberat, dan (5) tali selembar.
Salah satu penentu keberhasilan operasi penangkapan purse seine adalah faktor kecepatan kapal. Kecepatan kapal merupakan jarak yang ditempuh dalam kurun waktu tertentu untuk menghasilkan tangkapan. Kecepatan ini dipengaruhi oleh faktor interen, seperti HP mesin, umur ekonomis dan kelayakan kapal; dan faktor eksteren yang meliputi tahanan terhadap gelombang, arus, angin dan bilger kic. Keberhasilkan operasi penangkapan purse seine juga dipengaruhi oleh kecepatan pelingkaran purse seine, kecepatan penarikan tali ris dan kecepatan turunnya jaring secara gravitasi terhadap gerombolan ikan. Hal ini digunakan untuk mengimbangi kecepatan renang kawanan ikan pelagis yang berdasarkan data FAO sebesar 1,1 m/s, sehingga dapat menghasilkan tangkapan yang optimal (Ali, 2010).
Kecepatan pelingkaran purse seine terhadap kawanan ikan, ditentukan oleh kecepatan yang tepat dalam operasional kapal sehingga purse seine dapat mengelilingi kawanan ikan dengan baik. Hal ini ditandai dengan purse seine yang terbuka secara sempurna, sehingga kawanan ikan tidak dapat lolos dari purse seine. Selain itu, keterampilan awak kapal juga mempengaruhi efektifitas operasional penangkapan, meliputi keterampilan juru mudi dalam mengoperasikan kapal penangkapan dan pemilihan ABK yang tepat dalam timnya, sehingga kecepatan kapal bisa mencapai optimal menuju fishing ground dan operasional penangkapan (naik dan turunnya jaring) dapat berjalan lancar. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan atau pemodelan matematik untuk menemukan kecepatan yang optimal menuju fishing ground dan kecepatan yang optimal dalam pelingkaran alat agar dapat mencapi hasil tangkapan yang optimal (Ali, 2010).
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Praktik lapang terpadu yang dilaksanakan di desa Desa Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tanggal 30 oktober – 2 November 2014, yang dilakukan oleh Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Adapun Fishing Base lokasi melaut 5°36'20,5" LS dan 120°27'58,6", pada tanggal 30 - 31 November 2014 pukul 17.04 Wita.
B. Alat dan Bahan
Adapun Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan berupa:
ALAT
|
KEGUNAAN
| |
Alat Tulis Menulis
|
Untuk mencatat data-data yang dikumpulkan di lokasi praktik.
| |
Peralatan untuk mengumpulkan data oseanografi (Termometer, refrakto meter, danLayanganarus)
|
Untuk mengumpulkan data oseanografi berupa suhu, salinitas dan arus pada saat melakukan hauling.
| |
Kamera
|
Untuk memotret kegiatan – kegiatan yang berlangsung dan dijadikan dokumentasi.
| |
GPS (Global Positioning System)
|
Untuk menunjukkan titik ordinat.
| |
Kuisioner
|
Untuk mengumpulkan data praktik.
|
C. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam praktek mengenai metodologi penelitian perikanan tangkap yaitu metode observasi, dan kuisioner ;
§ Kuisioner (wawancara)
Motede wawancara ataupun kuisioner merupakan cara pendukung dalam mendapatkan data, yaitu dengan mewawancarai nelayan yang memiliki atau menggunakan kapal perikanan dan melaukan operasi penangkapan .
§ Observasi
Metode observasi merupakan pengamatan langsung di lapangan. Dalam praktek ini, metode observasi lebih akurat dalam perolehan data, karena dapat melihat secara langsung bagaimana Operasi Penangkapan Ikan yang ada di atas kapal Purse Seine di Kabupaten Bulukumba.
Metode Sampling merupakan prosedur yang umum digunakan oleh auditor Sampling Probability Proportional to Size. Sampling statistik adalah penggunaan rencana sampling dengan cara sedemikian rupa sehingga hukum probabilitas digunakan untuk membuat statement tentang suatu populasi. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling statistik. Pertama, sampel harus dipilih secara random. Random merupakan lawan arbritrari atau judgemental . Seleksi random menawarkan kesempatan sampel tidak akan bias.
Memilih sampel secara random sehingga probabilitas pilihan langsung terkait dengan nilai (size). Dengan metode ini unit yang nilai tercatatnya besar secara proporsional akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk terpilih dari pada unit yang nilai tercatatnya kecil.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Adapun hasil yang didapat setelah melakukan Praktik lapang terpadu berikut Tabel II. Data Umum hasil praktik lapang :
NO.
|
DAFTAR PERTANYAAN
|
JAWABAN
| |
1.
|
Nama Responden
|
Muh. Raiz
| |
2.
|
Umur
|
40 tahun
| |
3.
|
Jenis Kelamin
|
Laki
| |
4.
|
Pekerjaan Utama
|
Nelayan
| |
5.
|
Jumlah ABK :
|
15-17 orang
| |
6.
|
Nama alat utama
|
Perahu ; dimensi (LxBxD = 19 x 4 x 1.75)
Jaring ; dimensi (LxB = 40 x 30)
Kedalaman pengoprasian alat = 30
Ukuran mata jaring 1 inchi
Lampu mercury (daya : 24,18 watt; 6 bh)
Mesin penggerak : 24 bh
Mesin pembangkit listrik : Genset 1500 watt
Lainnya : Roller 1 buah
| |
7.
|
Pelampung + sketsa penataan
|
Bahan; pelastik
Jarak antar pelampung 10 cm
Jumlah mata jaring antar pelampung 10
Jumlah pelampung 450 buah
| |
8.
|
Pemberat + sketsa penataan
|
Bahan; timah
Berat/bh 1 kg
Jarak antar pemberat 1 m
Jumlah pemberat 280 buah
| |
9.
|
Tali Temali
|
Pelampung: Bahan pelastik ;Ø; 7mm;
Pemberat: Ø; 6 mm
Kolor : Ø; 2 mm
| |
10.
|
Alat bantu
|
Perahu lampu 3 buah
Rumpon 11 buah
Serok 1
Perahu penarik
Mesin penggerak 2 buah
Mesin roller Rp. 5 juta merk Tjhiandong
Keranjang 1 buah box 4 buah
| |
11.
|
Jenis ikan apakah yang banyak ditangkap
|
1. Layang
2. Kembung
3. Tembanng
4. Banjar
| |
12.a
|
Rat-rata produksi ikan Layang per trip
|
20 hingga ratusan kg
| |
12.b
|
Rat-rata produksi ikan Cakalang per trip
|
500 – 1000 ekor
| |
12.c
|
Rat-rata produksi ikan Banjar per trip
|
2- 50 basket
| |
12.d
|
Rat-rata produksi ikan kembung per trip
|
2- 50 basket
| |
13.a
|
Harga ikan Cakalang per musim
|
Rp 30 – 40 ribu / ekor
| |
13.b
|
Harga ikan Layang per musim
|
Rp 500 – 700 / basket
| |
13.c
|
Harga ikan Banjar per musim
|
Rp 1 juta – 1,2 juta / basket
| |
13.d
|
Harga ikan Kembung per musim
|
Rp 1 juta – 1,2 juta / basket
| |
14.
|
Harga alat utama & bantu
Hyundai : Rp 80 juta
Yanmar : Rp 30 juta
Lampu : 18 watt = Rp 40.000
23 watt = Rp 150.000
|
Perahu : Rp 300 juta
Jaring : Rp 100 juta
Mesin pembangkit listrik Rp. 2 juta Merk Yasuka
| |
15.
|
Daya tahan alat utama & bantu
|
Perahu : 20 tahun
(Umur perahu saat ini) 7 bulan
| |
16.
|
Biaya perawatan alat utama & bantu
|
Frekuensi pengecatan : setiap bulan
Cat kayu : 10 kaleng
Harga cat kayu : .Rp 55 ribu /kaleng
Frekuensi perbaikan jaring : setiap hari
Biaya perbaikan mesin : Rp. 3 juta – 4 juta/ tahun
Biaya perbaikan mesin roller: Rp. 100 – 200 ribu / tahun
| |
17.
|
Jumlah Trip penangkapan
|
Lama per trip operasi 1 hari
Jumlah trip operasi per bulan : 20 hari
Jumlah bulan operasi per tahun sepanjang tahun
| |
B. PEMBAHASAN
Dari hasil yang ditemukan Nama Responden Muh. Raiz berusia 40 tahun dengan jumlah ABK 15 – 17 orang memiliki
a. Deskripsi Kapal dan Alat Tangkap
Gambar 3. Kapal Purse Seine
Ukuran perahu LxBxD = 19 m x 4 m x 1.75 m, Kedalaman pengoprasian alat = 30 Lampu mercury daya : 24,18 watt berjumlah 6 bh Mesin penggerak 24 bh Mesin pembangkit listrik : Genset 1500 watt; dan Roller 1 buah.
Harga alat utama & bantu, Hyundai : Rp 80 juta, Yanmar : Rp 30 juta, Lampu : 18 watt = Rp 40.000, 23 watt = Rp 150.000, Perahu : Rp 300 juta, Jaring : Rp 100 juta; Mesin pembangkit listrik Rp. 2 juta Merk Yasuka, Daya tahan alat utama & bantu, Perahu : 20 tahun, (Umur perahu saat ini) 7 bulan,; biaya perawatan alat utama & bantu Frekuensi pengecatan : setiap bulan, Cat kayu : 10 kaleng, Harga cat kayu : .Rp 55 ribu /kaleng, Frekuensi perbaikan jaring : setiap hari, biaya perbaikan mesin : Rp. 3 juta – 4 juta/ tahun, biaya perbaikan mesin roller: Rp. 100 – 200 ribu / tahun; dan jumlah Trip penangkapan lama per trip operasi 1 hari, jumlah trip operasi per bulan : 20 hari, dan jumlah bulan operasi per tahun sepanjang tahun.
Seperti yang diketahui tingkat stabilitas kapal purse seine sangat rendah dengan arus yang rendah, maka jaring purse seine akan terbentang dengan baik dan hasil tangkapan menjadi maksimal.
1) Alat Tangkap
Gambar 4. Alat Tangkap Purse Seine yang digunakan
ukuran jarring LxB = 40 m x 30 m; Ukuran mata jaring 1 inchi Pelampung yang digunakan berbahan pelastik Jarak antar pelampung 10 cm Jumlah mata jaring antar pelampung 10 jumlah pelampung 450 buah dan pemberat yang digunakan berbahan; timah Berat/bh 1 kg Jarak antar pemberat 1 m Jumlah pemberat 280 buah dengan tali temali pelampung: Bahan pelastik ;Ø; 7mm; Pemberat: Ø; 6 mm Kolor : Ø; 2 mm.
2) Alat Bantu
Gambar 5. Alat Bantu yang digunakan
Alat bantu Perahu lampu 3 buah Rumpon 11 buah Serok 1 Perahu penarik Mesin penggerak 2 buah Mesin roller Rp. 5 juta merk Tjhiandong Keranjang 1 buah box 4 buah.
b. Hasil Tangkapan
Jenis ikan yang tertangkap saat melakukan operasi penangkapan sangat berbeda-beda tergantung lokasi dan faktor oseanografi. Jenis ikan yang tertangkap adalah ikan Layang Decapterus rosella, ikan kembung Rastrelliger kanagurta, ikan Tembanng Sardinella aurita, dan ikan Banjar Rastrelliger brancisoma.
Dari data satelit NOAA, jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya.
Fishing ground yang paling baik biasanya terletak pada daerah batas antara dua arus atau di daerah upwelling dan divergensi. Batas arus (konvergensi dan divergensi) dan kondisi oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi tidak hanya sebagai perbatasan distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini. Pengumpulan ikan-ikan yang penting secara komersi lbiasanya berada pada tengah-tenga harus eddies. Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan pengumpulan ikan dewasa dalam arus eddi (melalui rantai makanan).
- Musim Penangkapan
Musim penangkapan ikan yang tertangkap berbeda – beda berikut musim penangkapan dari hasil tangkapan Purse Seine antara lain:
1) Ikan Kembung
Musim puncak ikan Kembung Rastrelliger sp. berkisar antara bulan Maret - Juni dan bulan September - November, sedangkan musim sepi ikan Kembung yaitu berkisar pada bulan Desember – Januari dan Juli - Agustus.Jumlah produksi ikan Kembung dipengaruhi oleh musimnya. Angin muson Timur bertiup (Maret – Agustus) dan muson Barat (September -Februari) (Azis dkk., 2013).
2) Ikan Layang
Puncak produksi ikan layang terjadi dua kali dalam setahun masing-masing jatuh pada bulan Januari – Maret (akhir musim barat) dan pada bulan Juli – September (musim Timur) Puncak-puncak musim ini dapat maju atau mundur waktunya sesuai dengan perubahan musim.
3) Ikan Banjar
Puncak musim penangkapan ikan banyara ada dibulan Februari-April Dan juga pada bulan September. Kelimpahan tertinggi untuk ikan Kembung Banyar terjadi pada bulan Juni – Agustus (Azis dkk., 2013).
4) Ikan Tembang
Ikan Tembang setiap tahun pada permulaan musim hujan yakni pada bulan September sampai Oktober ikan ini mulai muncul dengan ukuran 10 - 12,5 cm. Lama kelamaan jumlahnya semakin banyak dan mencapai puncaknya pada bulan Desember sampai Januari, dan ukurannya pun semakin besar. Bulan Februari sampai Maret adalah akhir musim ikan ini dan ukurannya pun lebih besar dari sebelumnya. Setelah Maret ikan ini kemudian lenyap seakan-akan tanpa meninggalkan bekas dan baru muncul lagi pada musim berikutnya (Nontji, 2002).
Rat-rata produksi ikan Layang per trip 20 hingga ratusan kg harga ikan Layang per musim Rp 500 – 700 / basket; Rat-rata produksi ikan Cakalang per trip 500 – 1000 ekor Harga ikan Cakalang per musim Rp 30 – 40 ribu / ekor; Rat-rata produksi ikan Banjar per trip 2- 50 basket Harga ikan Banjar per musim Rp 1 juta – 1,2 juta / basket; Rat-rata produksi ikan kembung per trip Harga ikan Kembung per musim Rp 1 juta – 1,2 juta / basket.
V. RINGKASAN
Ukuran perahu LxBxD = 19 m x 4 m x 1.75 m, ukuran jarring LxB = 40 m x 30 m; Kedalaman pengoprasian alat = 30 Ukuran mata jaring 1 inchi Lampu mercury daya : 24,18 watt berjumlah 6 bh Mesin penggerak 24 bh Mesin pembangkit listrik : Genset 1500 watt; dan Roller 1 buah.
Jenis ikan yang tertangkap adalah ikan Layang Decapterus rosella, ikan kembung Rastrelliger kanagurta, ikan Tembanng Sardinella aurita, dan ikan Banjar Rastrelliger brancisoma.
Rat-rata produksi ikan Layang per trip 20 hingga ratusan kg harga ikan Layang per musim Rp 500 – 700 / basket; Rat-rata produksi ikan Cakalang per trip 500 – 1000 ekor Harga ikan Cakalang per musim Rp 30 – 40 ribu / ekor; Rat-rata produksi ikan Banjar per trip 2- 50 basket Harga ikan Banjar per musim Rp 1 juta – 1,2 juta / basket; Rat-rata produksi ikan kembung per trip Harga ikan Kembung per musim Rp 1 juta – 1,2 juta / basket.
Jadi, dapat disimpulkan hasil tangkapan tertinggi bervariasi dalam setiap daerah fishing ground dengan faktor oseanografi yang berbeda juga di tiap melakukan hauling. Ikan tertangkap karena daerah fishing ground merupakan daerah oseanografi yang disenangi, faktor hanya lewat, faktor imigrasi, faktor phototaxis positif terhadap cahaya, dan faktor penasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ali dkk. 2012. “Kajian Kecepatan Kapal Purse Seiner Dengan Permodelan operasional Terhadap Hasil Tangkapan yang Optimal”. Volume 22, No 3
Anonim, 2012. “Pengaruh Suhu ,Salinitas ,Arus, Cahaya Dan Upwelling Terhadap Ikan” Tersedia online di http://aldriyanus.blogspot.com/2012/10/pengaruh-suhu-salinitas-arus-cahaya-dan_3609.html Online tanggal13 November 2014.
Anonim. 2013. www.bulukumbakab.go.id/
Azis dkk. 2013 “Analisis Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Harga Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger Kanagurta) Hasil Tangkapan Purse Seine Di Tpi Bulu Kabupaten Tuban Jawa Timur “ Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt121 Volume 2 , Nomor 3, Tahun 2013,Hlm121-130 7 Desember 2014.
Ifa dkk. 2011. Efektivitas Alat Tangkap Mini Purse Seine Menggunakan Sumber Cahaya Berbeda Terhadap Hasil Tangkap Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Universitas Trunojoyo. Madura. Volume 3, No. 1.
Ménard, Fonteneau dkk., July 2013, " Exploitation Of Small Tunas By A Purse-Seine Fishery With Fish Aggregating Devices And Their Feeding Ecology In An Eastern Tropical Atlantic Ecosystem". Translation Journal. Volume 57: 525–530 http://www.idealibrary.com 17 November 2014.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nurhayati. 2006. DistribusiVertikalSuhu, Salinitas Dan Arus Di PerairanMorotai, Maluku Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2006. :www.oseanografi.lipi.go.id No. 40 : 29 – 41.
Wibawa, Ari. 2010. " Analisa Devinisi Kapal Ikan Purse Seine 109 Gt Km. Surya Redjeki". Translation Journal. Volume Vol 7, No 2.Universitas Dioponegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar