Selasa, 24 Desember 2013

IKAN EKOR KUNING DENGAN ALAT TANGKAP MUROAMI


TUGAS INDIVIDU

IKAN EKOR KUNING DENGAN ALAT TANGKAP MUROAMI

OLEH
IKE WULANDURI
L23111008




DAERAH PENANGKAPAN IKAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
A.      DESKRIPSI IKAN EKOR KUNING
1.        


Klasifikasi Ikan Ekor Kuning

Klasifikasi ikan ekor kuning menurut Bloch (1791) adalah sebagai berikut (www.zipcodezoo.com ):
          Kingdom: Animalia
                 Phylum: Chordata
                     Class: Actinopterygii
                          Order: Perciformes
                               Family: Caesionidae
                                    Genus: Caesio
                                         Scientific name: Caesio cuning
Ikan ekor kuning memiliki bentuk badan memanjang, melebar dan gepeng. Warna umumnya biru, kuning pada bagian belakangnya dan perak.  Dua gigi taring pada rahang bawah dan yang halus pada langit-langit. Jari-jari keras 10 dan 15 jari-jari lemah pada sirip punggung. Tiga jari-jari keras dan 11 jari-jari lemah pada sirip dubur. Ikan ini memiliki sisik tipis dan terdapat 52-58 pada garis rusuknya. Sisik-sisik kasar di bagian atas dan bawah garis rusuk serta tersusun horizontal, sisik pada kepala mulai dari mata.
Menurut Allen et al. (2007), ikan ekor kuning dapat mencapai panjang hingga 50 cm. Ikan ekor kuning biasanya membentuk scooling yang besar dan dapat ditemui di kedalaman 1 - 60 meter. Makanan utama ikan ekor kuning merupakan zooplankton. Dari seluruh family caesionidae, spesies ini merupakan jenis yang paling toleran terhadap perairan yang keruh.
Ikan Ekor Kuning (Caesionidae) adalah Ikan laut yang hidup di perairan Indo-Pasifik. Ikan ini disebut fusilier, suli, sulih, suliri, sunin. Jenis ini dikenal sebagai perenang cepat dan termasuk ikan diurnal. Ikan ini sering ditemukan di luar karang (tubir karang). Makanannya adalah zooplankton.
2.         Daerah Penyebaran Ikan Ekor Kuning
Ikan Ekor Kuning (Caesionidae) lebih memilih tinggal perairan hangat di wilayah Indo-Pasifik tropis. Tidak ada anggota keluarga telah dicatat untuk memperpanjang ke perairan subtropis, tidak pula spesies hadir di Atlantik atau Karibia. Dua spesies Caesio suevica dan C. striata merupakan endemik Laut Merah sementara distribusi lokal di Samudra Hindia juga ditampilkan oleh C. xanthonota , C. varilineata , dan Pterocaesio Capricornis (pantai timur Afrika). Caesio teres dapat dianggap ikan ekor kkuning yang memiliki distribusi geografis terbesar, spesies ini telah dicatat dari pantai timur Afrika terutama di Pulau Palmyra . Spesies ikan kuning di Indonesia dan Filipina adalah suatu elemen penting dari perikanan komersial. Di Indonesia sendiri ikan ini banyak ditemui di Kepulauan Maluku.

B.       ALAT TANGKAP MUROAMI
1.         Definisi Dan Klasifikasi
Muroami berasal dari bahasa jepang “muro” dan “ami”. Ami artinya jaring sedangkan muro ádalah sebangsa ikan carangidae. Didaearah Makassar para nelayan menyebutnya sebagai “pukat rapo-rapo” yaitu jaring yang digunakan untuk menangkap ikan ekor kuning (Suban dan Barus 1989). Berdasarkan klasifikasi alat tangkap menurut Von Brandt (1984) muroami termasuk dalam drive-in-ne.
2.         Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Kontruksi muroami terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a.       Bagian jaring, yang terdiri dari kaki panjang, kaki pendek, dan kantong (dengan ukuran kantong cukup besar dan dapat memuat 3 ton ikan).
b.      Pelampung, terdiri dari pelampung-pelampung kecil yang berada pada tali ris atas dari kaki, yang merupakan pelampung tetap. Juga terdapat pelampung dari bola gelas dan bambu yang biasanya hanya digunakan pada saat oprasi penangkapan.
c.       Pemberat, terdapat pada bagian bawah kaki (ris bawah) dan bagain bawah mulut kantong (bibir bawah) yang terbuat dari batu. Pada waktu jaring digunakan, pada bagian depan kaki masih dilengkapi jangkar. (subani 1989 dan gunarso 1985).
Parameter utama dalam alat ini adalah terdapat kantang tempat ikan tertangkap. Semakin besar kantong maka akan semakin banyak ikan yang dihasilkan dalam penangkapan.
3.         Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
1)      Kapal
Dalam pengoprasian muroami diperlukan 3-5 buah perahu, dimana sebuah perahu diantaranya berfungsi untuk membawa kantong, dan dua perahu lainnya untuk membawa sayap/kaki jaring masing-masing satu buah. Adapun dua buah perahu lainnya untuk membawa atau mengantar tenaga-tenaga penggiring(penghalau) ikan ke temapt dimana ikan berada. .(Ribka ruji raspati 2008).
2)      Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoprasikan muroami antara 20-24 orang. Seorang diantaranya berperan sebagai fishing master yang disebut tonas dan bertugas untuk memimpin jalannya penangkapan dan seorang sebagai penjaga atau pemegang kedua ujung kantong bila nanti jaring telah dipasang. Satu atau dua orang sebagai penjaga kantong bagian belakang. Empat sampai enam orang sebagai tukang penyelam, dan yang lain adalah sebagai pengusir ikan yang akan ditangkap (Subani dan barus 1989).
3)      Alat bantu
Alat bantu yang digunakan dalam pengoprasian alat tangkap ini diantaranya adalah selang sepanjang 100 meter, mesin kompresor sebagai penyuplai udara melalui selang penyelam, serok untuk memindahkan hasil tangkapan dari kantong setelah hauling kedalam palkah. keranjang plastik untuk menyimpan hasil tangkapan, serta peralatan penyelamatan yang dipakai oleh penyelam seperti sepatu, masker, dan regulator atau morfis. (Ribka ruji raspati 2008).
Selain itu alat bantu yang digunakan adalah Penggiring, terbuat dari tali yang panjangnya kurang lebih 25 m yang pada salah satu ujungnya diikatkan pelampung bambu, sedangkan ujung lainnya diikatkan gelang-gelang besi atau disebut ”kecrek”. Pada sepanjang tali ini juga dilengkapi dengan daun nyiur atau kain putih. Jumlah alat penggiring ini disesuaikan dengan jumlah nelayan yang nantinya bertugas sebagai penggiring kerah jaring atau memaksa ikan meninggalkan tempat persembunyiannya. ubani 1989 dan gunarso (1985).
4)       Umpan
Jenis alat tangkap ini tidak menggunakan umpan karena pengoprasiannya
dengan cara menggirng ikan hingga masuk ke dalam jaring kantong.

4.      Metode Pengoperasian Alat
Menurut Subani dan Barus 1989 proses pengoprasian muroami adalah sebagai berikut :
a.       Mengetahui dan dapat memperkirakan adanya kawanan ikan yang dilakukan oleh beberapa nelayan dengan cara menyelam dengan menggunakan kacamata air.
b.      Menngetahui keadaan arus air antara lain kemungkinan adanya arus atas dan bawah serta mengenai kekuatan arus. Kekuatan arus skala sedang adalah yang paling baik untuk pemasangan atau penanaman jaring.
c.       Pemasangan jaring delakukan demikian rupa sehingga membentuk huruf Vdan letak ujung depan kaki yang pendek harus berada di tempat dangkal dimana karang berada, sedangkan ujung kaki panjang diletakkan ditempat dalam.
d.      Penggiringan segera dilakukan setelah pemasangan kantong yaitu dengan mengambil tempat anatara ¼-1/3 dari bagian ujung kaki yang belakang.

Muroami umumnya dioprasikan satu hari atau one day fishing. Satu unit penangkapan muroami rata-rata melakukan 2-3 kali setting dalam satu hari penangkapan. Muroami biasanya berangkat sekitar pukul 6-7 pagi, satu jam setelah pemberangkatan penyelam mengamati daerah penangkapan dimana muroami akan dioprasikan. Setelah mendaptkan lokasi, kapal yang memuat jaring dan palkah mulai menempatkan jangkar, kemudian para penyelam memasang jaring pelari dan jaring kantong pada kedalaman sekitar 5 hingga 35 m. Proses ini memakan waktu sekitar 40 menit. Faktor yang cukup penting dalam pengoprasian muroami adalah arus yang membantu jaring kantong dapat terbuka secara sempurna. Penyelam naik kekapal yang memuat kompresor hookah setelah pemasangan jaring selesai dan bersiap melakukan penyelaman tahap kedua. Tahap ini termasuk di dalamnya adalah proses penggiringan. Lama waktu penggiringan sangat bervariasi antara 10-40 menit, pada selang kedalamanya 5-35 m. Interval waktu antara penyelaman cukup pendek, sekitar 10 menit. Penyelam mengangkat jaring kantong ke permukaan secepat mungkin, setelah ikan digiring kedalam jaring kantong. Kemudian penyelam kembali masuk kedalam perairan untuk jaring pelari. Proses pelepasan jaring pelari ini biasanya memakan waktu sekitar 20 menit. (Ribka ruji raspati 2008).

C.           DAERAH PENANGKAPAN
Daerah penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkap muroami adalah di perairan karang pada kedalaman anatara 10-25 m yang letak dasar lautnya tidak terlalau miring. Berdasarkan penelitian Marnaneeal (2004), jaring muroami dipasang di sekitar terumbu karang dengan kedalaman sekitar 10 hingga 20 m dan penyelam memulai penggiringan pada kisaran 5 hingga 35 m. Menurut Subani Dan Barus (1989) muroami dioprasikan di daerah jakarta (Kep. Seribu), Sulawesi Selatan (Kep. Spermende), Kep. Sapeken, dan lombok.


DAFTAR ISI

Raspati, ribka puji, M.P.B.R.2008 Pengkajian Hasil Tangkapan Muroami di Kepulauan Seribu [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Anononim. 2012. Mengenal daerah penangkapan ikan. http://penyuluhp.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 5 Desember pukul 10.51) .
Anonim. 2011. Muroami. http://purseseine.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 5 Desember pukul 10.56)
Anonim. 2011. Klasifikasi morfologi dan peimijahan http://stp-jurluhkan.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 5 Desember pukul 11.00).
Anonim. http://www.pipp.kkp.go.id/species.html?idkat=2&idsp=96 (diakses pada tanggal 5 Desember pukul 11.26)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar