TUGAS INDIVIDU
IKAN EKOR KUNING DENGAN
ALAT TANGKAP MUROAMI
OLEH
IKE WULANDURI
L23111008
DAERAH PENANGKAPAN IKAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN
DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
A.
DESKRIPSI
IKAN EKOR KUNING
1.
Klasifikasi Ikan Ekor Kuning
Klasifikasi
ikan ekor kuning menurut Bloch (1791) adalah sebagai berikut
(www.zipcodezoo.com ):
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order: Perciformes
Family: Caesionidae
Genus: Caesio
Scientific
name: Caesio cuning
Ikan ekor kuning memiliki bentuk badan
memanjang, melebar dan gepeng. Warna umumnya biru, kuning pada bagian
belakangnya dan perak. Dua gigi taring
pada rahang bawah dan yang halus pada langit-langit. Jari-jari keras 10 dan 15
jari-jari lemah pada sirip punggung. Tiga jari-jari keras dan 11 jari-jari
lemah pada sirip dubur. Ikan ini memiliki sisik tipis dan terdapat 52-58 pada
garis rusuknya. Sisik-sisik kasar di bagian atas dan bawah garis rusuk serta
tersusun horizontal, sisik pada kepala mulai dari mata.
Menurut Allen et al. (2007), ikan ekor
kuning dapat mencapai panjang hingga 50 cm. Ikan ekor kuning biasanya membentuk
scooling yang besar dan dapat ditemui di kedalaman 1 - 60 meter. Makanan utama
ikan ekor kuning merupakan zooplankton. Dari seluruh family caesionidae,
spesies ini merupakan jenis yang paling toleran terhadap perairan yang keruh.
Ikan Ekor Kuning (Caesionidae) adalah
Ikan laut yang hidup di perairan Indo-Pasifik. Ikan ini disebut fusilier, suli,
sulih, suliri, sunin. Jenis ini dikenal sebagai perenang cepat dan termasuk
ikan diurnal. Ikan ini sering ditemukan di luar karang (tubir karang).
Makanannya adalah zooplankton.
2.
Daerah
Penyebaran Ikan Ekor Kuning
Ikan Ekor Kuning (Caesionidae) lebih
memilih tinggal perairan hangat di wilayah Indo-Pasifik tropis. Tidak ada
anggota keluarga telah dicatat untuk memperpanjang ke perairan subtropis, tidak
pula spesies hadir di Atlantik atau Karibia. Dua spesies Caesio suevica dan C.
striata merupakan endemik Laut Merah sementara distribusi lokal di Samudra
Hindia juga ditampilkan oleh C. xanthonota , C. varilineata , dan Pterocaesio
Capricornis (pantai timur Afrika). Caesio teres dapat dianggap ikan ekor
kkuning yang memiliki distribusi geografis terbesar, spesies ini telah dicatat
dari pantai timur Afrika terutama di Pulau Palmyra . Spesies ikan kuning di
Indonesia dan Filipina adalah suatu elemen penting dari perikanan komersial. Di
Indonesia sendiri ikan ini banyak ditemui di Kepulauan Maluku.
B.
ALAT
TANGKAP MUROAMI
1.
Definisi Dan Klasifikasi
Muroami berasal dari bahasa jepang “muro” dan “ami”. Ami artinya
jaring sedangkan muro ádalah sebangsa ikan carangidae. Didaearah Makassar para
nelayan menyebutnya sebagai “pukat rapo-rapo” yaitu jaring yang digunakan untuk
menangkap ikan ekor kuning (Suban dan Barus 1989). Berdasarkan klasifikasi alat
tangkap menurut Von Brandt (1984) muroami termasuk dalam drive-in-ne.
2.
Konstruksi Alat
Penangkapan Ikan
Kontruksi muroami terdiri dari bagian-bagian
sebagai berikut :
a. Bagian jaring, yang
terdiri dari kaki panjang, kaki pendek, dan kantong (dengan ukuran kantong
cukup besar dan dapat memuat 3 ton ikan).
b. Pelampung, terdiri dari
pelampung-pelampung kecil yang berada pada tali ris atas dari kaki, yang
merupakan pelampung tetap. Juga terdapat pelampung dari bola gelas dan bambu
yang biasanya hanya digunakan pada saat oprasi penangkapan.
c. Pemberat, terdapat pada
bagian bawah kaki (ris bawah) dan bagain bawah mulut kantong (bibir bawah) yang
terbuat dari batu. Pada waktu jaring digunakan, pada bagian depan kaki masih
dilengkapi jangkar. (subani 1989 dan gunarso 1985).
Parameter utama dalam alat ini adalah terdapat kantang tempat ikan
tertangkap. Semakin besar kantong maka akan semakin banyak ikan yang dihasilkan
dalam penangkapan.
3.
Kelengkapan dalam Unit
Penangkapan Ikan
1)
Kapal
Dalam pengoprasian muroami diperlukan 3-5 buah perahu, dimana
sebuah perahu diantaranya berfungsi untuk membawa kantong, dan dua perahu
lainnya untuk membawa sayap/kaki jaring masing-masing satu buah. Adapun dua
buah perahu lainnya untuk membawa atau mengantar tenaga-tenaga
penggiring(penghalau) ikan ke temapt dimana ikan berada. .(Ribka ruji raspati
2008).
2)
Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoprasikan muroami antara 20-24 orang.
Seorang diantaranya berperan sebagai fishing master yang disebut tonas dan
bertugas untuk memimpin jalannya penangkapan dan seorang sebagai penjaga atau
pemegang kedua ujung kantong bila nanti jaring telah dipasang. Satu atau dua
orang sebagai penjaga kantong bagian belakang. Empat sampai enam orang sebagai
tukang penyelam, dan yang lain adalah sebagai pengusir ikan yang akan ditangkap
(Subani dan barus 1989).
3)
Alat bantu
Alat bantu yang
digunakan dalam pengoprasian alat tangkap ini diantaranya adalah selang
sepanjang 100 meter, mesin kompresor sebagai penyuplai udara melalui selang
penyelam, serok untuk memindahkan hasil tangkapan dari kantong setelah hauling
kedalam palkah. keranjang plastik untuk menyimpan hasil tangkapan, serta
peralatan penyelamatan yang dipakai oleh penyelam seperti sepatu, masker, dan
regulator atau morfis. (Ribka ruji raspati 2008).
Selain itu alat bantu
yang digunakan adalah Penggiring, terbuat dari tali yang panjangnya kurang
lebih 25 m yang pada salah satu ujungnya diikatkan pelampung bambu, sedangkan
ujung lainnya diikatkan gelang-gelang besi atau disebut ”kecrek”. Pada
sepanjang tali ini juga dilengkapi dengan daun nyiur atau kain putih. Jumlah
alat penggiring ini disesuaikan dengan jumlah nelayan yang nantinya bertugas
sebagai penggiring kerah jaring atau memaksa ikan meninggalkan tempat
persembunyiannya. ubani 1989 dan gunarso (1985).
4)
Umpan
Jenis alat tangkap ini
tidak menggunakan umpan karena pengoprasiannya
dengan cara menggirng
ikan hingga masuk ke dalam jaring kantong.
4.
Metode Pengoperasian
Alat
Menurut Subani dan Barus
1989 proses pengoprasian muroami adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui dan dapat
memperkirakan adanya kawanan ikan yang dilakukan oleh beberapa nelayan dengan
cara menyelam dengan menggunakan kacamata air.
b. Menngetahui keadaan arus
air antara lain kemungkinan adanya arus atas dan bawah serta mengenai kekuatan
arus. Kekuatan arus skala sedang adalah yang paling baik untuk pemasangan atau
penanaman jaring.
c. Pemasangan jaring
delakukan demikian rupa sehingga membentuk huruf Vdan letak ujung depan kaki
yang pendek harus berada di tempat dangkal dimana karang berada, sedangkan
ujung kaki panjang diletakkan ditempat dalam.
d. Penggiringan segera
dilakukan setelah pemasangan kantong yaitu dengan mengambil tempat anatara ¼-1/3
dari bagian ujung kaki yang belakang.
Muroami umumnya dioprasikan satu hari atau one day fishing. Satu
unit penangkapan muroami rata-rata melakukan 2-3 kali setting dalam satu hari
penangkapan. Muroami biasanya berangkat sekitar pukul 6-7 pagi, satu jam
setelah pemberangkatan penyelam mengamati daerah penangkapan dimana muroami
akan dioprasikan. Setelah mendaptkan lokasi, kapal yang memuat jaring dan
palkah mulai menempatkan jangkar, kemudian para penyelam memasang jaring pelari
dan jaring kantong pada kedalaman sekitar 5 hingga 35 m. Proses ini memakan
waktu sekitar 40 menit. Faktor yang cukup penting dalam pengoprasian muroami
adalah arus yang membantu jaring kantong dapat terbuka secara sempurna.
Penyelam naik kekapal yang memuat kompresor hookah setelah pemasangan jaring
selesai dan bersiap melakukan penyelaman tahap kedua. Tahap ini termasuk di
dalamnya adalah proses penggiringan. Lama waktu penggiringan sangat bervariasi
antara 10-40 menit, pada selang kedalamanya 5-35 m. Interval waktu antara penyelaman
cukup pendek, sekitar 10 menit. Penyelam mengangkat jaring kantong ke permukaan
secepat mungkin, setelah ikan digiring kedalam jaring kantong. Kemudian
penyelam kembali masuk kedalam perairan untuk jaring pelari. Proses pelepasan
jaring pelari ini biasanya memakan waktu sekitar 20 menit. (Ribka ruji raspati
2008).
C.
DAERAH PENANGKAPAN
Daerah penangkapan ikan
dengan menggunakan alat penangkap muroami adalah di perairan karang pada
kedalaman anatara 10-25 m yang letak dasar lautnya tidak terlalau miring. Berdasarkan
penelitian Marnaneeal (2004), jaring muroami dipasang di sekitar terumbu karang
dengan kedalaman sekitar 10 hingga 20 m dan penyelam memulai penggiringan pada
kisaran 5 hingga 35 m. Menurut Subani Dan Barus (1989) muroami dioprasikan di
daerah jakarta (Kep. Seribu), Sulawesi Selatan (Kep. Spermende), Kep. Sapeken,
dan lombok.
DAFTAR ISI
Raspati, ribka puji, M.P.B.R.2008 Pengkajian Hasil Tangkapan
Muroami di Kepulauan Seribu [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang
Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989.
Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Anononim. 2012. Mengenal daerah penangkapan ikan. http://penyuluhp.blogspot.com/
(diakses pada tanggal 5 Desember pukul 10.51) .
Anonim. 2011. Muroami. http://purseseine.blogspot.com/
(diakses pada tanggal 5 Desember pukul 10.56)
Anonim.2011.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57101/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=4
(diakses pada tanggal 5 Desember pukul 11.10)
Anonim. 2011. Klasifikasi morfologi dan
peimijahan http://stp-jurluhkan.blogspot.com/
(diakses pada tanggal 5 Desember pukul 11.00).
Anonim. http://www.pipp.kkp.go.id/species.html?idkat=2&idsp=96
(diakses pada tanggal 5 Desember pukul 11.26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar