Tugas Individu
DAERAH PENANGKAPAN IKAN EKONOMIS PENTING
OLEH :
IKE WULANDURI
L23111008
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU
KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG MASALAH
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi
permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat
tangkap. Adanya permintaan menyebabkan
terjadi siklus ekonomi dimana akan terjadi keuntungan dan kerugian, sehingga
aktivitas penangkapan akan dilakukan dengan meningkatkan produksi ikan untuk
meraih keuntungan yang sebesar-sebesarnya oleh pelaku usaha penangkapan ikan.
pole and line” adalah cara
pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan untuk menangkap ikan
cakalang yang banyak digunakan di perairan Indonesia. Selanjutnya dikatakan juga menurut
Ayodhoya, (1981), pole and line umum digunakan untuk menangkap ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga dengan kata perikanan pole and
line sering pengertian kita ke arah perikanan cakalang, sungguhpun dengan
cara pole and line juga dilakukan penangkapan albacore, mackerel dan
lain sebagainya.
Produksi ikan
cakalang pada dasarnya merupakan hasil proses penangkapan yang dilakukan oleh
para nelayan dengan menggunakan berbagai alat tangkap baik yang bersifat
tradisional maupun modern. Alat tangkap yang umum digunakan para nelayan di
Kawasan Timur Indonesia salah satunya adalah pole and line. Sementara
dalam operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap pole and line disamping
dibutuhkan sarana alat tangkap berupa kapal, pancing dan umpan berupa ikan
hidup juga diperlukan alat bantu rumpon sebagai sarana untuk mengkonsentrasikan
ikan (Winarso, 2004).
I.2
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Jelaskan
deskripsi cakalang beserta tingkah lakunya !
2. Jelaskan
apa itu alat tangkap Pole and Line!
I.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui daerah penangkapan ikan ekonomis
penting, salah satunya yaitu cakalang Katsuwonus
pelamis. Kegunaan makalah ini dapat
digunakan sebagai sumber informasi utama untuk menentukan pengelolaan perikanan
tangkap, khususnya alat tangkap pole and line.
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai informasi utama untuk tindakan
penangkapan pole and line tetap dapat
dipertahankan artinya kegiatan perikanan tangkap sebagai sumber mata
pencaharian yang dapat diandalkan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 DESKRIPSI CAKALANG
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Perciformes
Famili:Scombridae
Genus:
Katsuwonus
Spesies:
K. pelamis
Deskripsi morfologi merupkan karakteristik ikan cakalang dari berbagai
samudra menunjukan bahwa ada satu species cakalang yang terbesar diu seluruh
dunia, yaitu Katsowonus pelamis.
Bentuk tubuh cakalang memanjang seperti torpedo dan padat dengan penampang
melintang yang membulat. Bagian bawah gurat sisi memiliki 4-6 garis-garis
hitam tebal yang membujur seperti pita. Bagian bawah punggung dan perut
berwarna keperak-perakan. Punggung berwarna biru keungu-unguan. Tubuh tidak
bersisik kecuali pada bagian gurat sisi dan sirip punggung pertama. Cakalang
mempunyai 7-9 sirip dubur tambahan dan terdapat tiga tonjolan pada batang ekor
(puslitbangkan, 1993 dalam Simbolon,
2003). Ukuran panjang cakalang umumnya bervariasi menurut wilayah
perairan. (Colleteand and Nauen, 1983
dalam Simbolon 2003) melaporkan bahwa ukuran fork lenght maksimum ikan umum tertangkap 40-80 cm dengan berat
8-10 kg.
Kebiasaan makan ikan cakalang
adalah aktif pada pagi hari dan kurang aktif pada siang hari, selanjutnya mulai
aktif lagi pada sore hari, dan tidak makan sekali pada malam hari. Pada
saat mencari makan, ikan cakalang biasanya membentuk schoolling bergerak dengan cepat sambil meloncat-loncat di
permukaan perairan. Puncak kegiatan makan pagi ikan cakalang terjadi sekitar
jam 08.00 hingga 12.00 dan berkurang antara jam 13.00-16.00, kemudian memuncak
lagi hingga matahari terbenam.
Individu cakalang dalam suatu Schooling mempunyai ukuran (size) yang relatif sama. Ikan-ikan yang
berukuran lebih besar biasanya berada lapisan yang lebih dalam dengan schooling yang lebih kecil. Ikan-ikan
yang lebih kecil biasanya berada dekat permukaan perairan dengan schooling yang lebih besar. Tingkah
laku tersebut umumnya dimanfaatkan oleh para nelayan untuk memudahkan
penangkapan.
Ikan cakalang melakukan
migrasi karena adanya perubahan beberapa faktor lingkungan seperti suhu,
salinitas dan arus, usaha mencari daerah perairan yang mengandung bahan makan
yang cukup, usaha mencari daerah Pemijahan (Nikolsky,
1963 dalam Simbolo, 2003). Hal ini sesuai dengan pendapatan Laevastu and Hayes, (1981) dalam Simbolon, (2003) yang menyatakan bahwa
pola kehidupan ikan termasuk cakalang tidak bisa dipisahkan dari faktor-faktor
oseanografi seperti suhu, salinitas, arus permukaan. Oksigen terlarut mempunyai
pengaruh yang besar terhadap periode migrasi msiman serta terdapatnya ikan
disuatu lokasi perairan.
II.2
POLE AND LINE (HUHATE)
II.2.1
Pengertian Pole and Line (Huhate)
Pengrtian Huhate (Skipjack pole and
line) atau umumnya lebih dikenal dengan “pole and line” adalah cara
pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan untuk menangkap ikan
cakalang yang banyak digunakan di perairan Indonesia. Selanjutnya dikatakan juga menurut
Ayodhoya, (1981), pole and line umum digunakan untuk menangkap ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga dengan kata perikanan pole and
line sering pengertian kita ke arah perikanan cakalang, sungguhpun dengan
cara pole and line juga dilakukan penangkapan albacore, mackerel dan
lain sebagainya.
Studi yang dilakukan Bustaman S dan
Hurasan (1997) menunjukkan bahwa ada tujuh jenis alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap ikan tuna/cakalang. Diantara ketujuh jenis alat tangkap
tersebut, Pole and line, Long line dan Trawl line
merupakan tiga jenis alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap ikan
tersebut (Winarso, 2004).
Untuk Cakalang, alat yang berperan
besar dalam penangkapan adalah Pole and line, tonda dan pancing ulur (Ditjen
Perikanan, 1989).
Di antara sekian banyak alat tangkap
ikan untuk tujuan komersial yang paling sederhana dan murah harganya adalah
pole and line ini. Peralatan yang hanya terdiri dari tiga komponen pokok yang
ukurannya juga tidak terlalu besar dan khusus ini adalah joran, tali dan
pancing saja. Joran bisa dibuat dari bambu yang ruasnya tidak terlalu panjang,
tebal dan lurus, panjangnya sekitar 4-6 meter. Memang ada jenis bambu yang
untuk joran pole and line ini sangat baik, karena mempunyai daya lentur yang
tinggi (Surur, 2007).
Menurut Ditjen
Perikanan (1989), sebagai penangkap ikan, alat ini sangat sederhana
desainnya. Hanya terdiri dari joran, tali dan pancing. Tetapi
sesungguhnya sangat komplek karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan
hidup untuk merangsang kebiasaan menyambar pada ikan sebelum pemancingan
dilakukan serta semprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan terhadap kapal
dan para pemancing.
Huhate atau pole and line khusus
dipakai untuk menangkap cakalang. Oleh karena digunakan hanya untuk
menangkap cakalang, maka alat ini sering disebut “pancing cakalang”. Huhate
dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar
kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif, kapal akan mengejar gerombolan ikan,
setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal lalu diadakan pemancingan.
Ada beberapa keunikan dari alat tangkap
huhate. Bentuk mata pancing huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing.
Mata pancing huhate ditutupi bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar
tidak tampak oleh ikan. Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus,
dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh
pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung
kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa
tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air.
II.2.2
KLASIFIKASI HUHATE (POLE AND LINE)
Menurut Direkorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan
(2009), berdasarkan Statistik Indonesia alat tangkap huhate termasuk
dalam kelompok pancing. Alat tngkap ini disebut juga pancing “gandar” karena
menggunakan gandar “walesan” atau “joran” atau tangkin. Sedangkan berdasarkan
FAO, penggolongan alat tangkap ikan menurut (Nedelec, 1996); dalam International
Standart Statistical Classification On Fishing Gear (ISSCFG) Pole and Line
termasuk dalam kelompok alat tangkap pancing berjoran biasa.
Menurut Ben-Yamin (1989), biasanya
cakalang ditangkap menggunakan pole and
line, purse seine dan pancing tonda. Namun yang umum digunakan adalah pole and line atau huhate. Alat tangkap
ini banyak digunakan oleh para nelayan Indonesia khususnya diperairan Indonesia
bagian Timur. Krakteristik pole and line
diantaranya mengejar gerombolan cakalang, adanya pemancing yang memancing
gerombolan cakalang setelah umpan mulai ditebar, dan umpan yang digunakan
adalah umpan hidup. Jenis kapal yang digunakan yaitu kapal dengan kecepatan
mesin yang sangat tinggi.
II.2.3 KONSTRUKSI HUHATE (POLE AND LINE)
Menurut Surur (2007) konstruksi Pole
and Line terdiri dari tiga komponen pokok yang ukurannya tidak terlalu besar
dan khusus ini adalah joran, tali dan pancing.
1.
Joran panjangnya sekitar 4-6 meter, ada
sejenis bambu untuk Pole and line yang sangat baik dipakai untuk joran karena
mempunyai daya lentur yang tinggi. Diameter joran berkisar 5-6 cm dan
diujungnya 2,5 - 2 cm, sehingga sesuai untuk pegangan orang Asia pada umumnya.
2.
Tali pancing yang digunakan berdiameter
sekitar 1 mm dari bahan nylon. Sekarang banyak yang menggunakan monofilament
dengan diameter yang sama. Panjang tali tidak lebih panjang dari panjang joran.
3.
Pancing yang digunakan untuk Pole and
Line ini juga khusus, tidak menggunakan janggut. Untuk menambah berat pancing,
pada bagian shank dipasang pemberat yang berupa besi yang dilapis bagan anti
karat yang mengkilat. Penambahan berat pancing juga diperlukan mengingat
pancing Pole and Line juga dipasangi bulu ayam atau bulu burung sebagai
umpan.
II.2. 4
UMPAN
Ikan umpan memegang peranan penting
dalam perikanan pole and line
Ruivo (1959) dalam vide laksono (1983) menjelaskan bahwa umpan adalah
salah satu bentuk rangsangan atau stimulus yang bersifat fisik maupun kimiawi
dan dapat menimbulkan respon bagi ikan tertentu.
Penangkapan ikan cakalang dengan huhate atau pole and line biasanya menggunakan
beberapa jenis umpan untuk mengumpulkan ikan cakalang. Jenis ikan umpan sangat
disenangi oleh cakalang karena memiliki sifat ± sifat sebagai berikut :
1.
Berwarna
terang dan memikat atau keputih ± putihan sehingga mudahmenarik perhatian ikan
cakalang.
2.
Tahan
terhadap lama di dalam bak penyimpanan pada saat pelayaran daridaerah
penangkapan ikan umpan menuju daerah penangkapan cakalang.
3.
Umpan
yang disebarkan di antara schooling cakalang memiliki sifat yangcenderung bergerak mendekati kapal untuk
berlindung.
4.
Sisi
umpan tidak mudah terkelupas, sehingga tingkat kecerahan warna dapat
dipertahankan.
5.
Panjang
( size) umpan hidup sesuai dengan
ukuran yang disenangi oleh cakalang yang
menjadi target penangkapan.Sesuai dengan sifat ± sifat tersebut di atas,
pemilihan jenis dan ukuranumpan yang sesuai perlu dilakukan secara seksama.
Subani, ( 1973) dalam Simbolon,
(2003) menyatakan bahwa ukuran umpan yang ideal dengan tipe badanmemanjang ( streem line) berkisar antara 7,5 ±
10,0 cm. Selanjutnya disebutkan bahwa ukuran panjang umpan dengan tipe
badan melebar sebaiknya berkisar antara 5,0 ± 7,5 cm. Masalah utama yang
sering dialami dalam perikanan pole
and line adalahketersediaan umpan
hidup pada waktu ± waktu tertentu dan tingginya tingkatkematian umpan dalam bak
penyimpanan di atas kapal. Di lain pihak, kegiatanoperasi penangkapan cakalang
dengan pole and line tidak akan
berhasil apabilaumpan hidup tidak tersedia dalam jumlah yang memadai. Dengan
demikian,umpan hidup merupakan salah satu faktor pembatas (limiting
factor ) paling penting dalam perikanan pole and line.
II.2.5 DAERAH PENANGKAPAN
Menurut Anonymous (1991),
daerah penangkapan (fishing ground)
merupakan suatu kunci keberhasilan suatu penangkapan diperairan. Penentuan
suatu daerah penangkapan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
1.
Lokasi/tujuan
penangkapan.
2.
Gerombolan
ikan.
3.
Ekonomis
jenis produksi penangkapan.
Dari kriteria penentuan lokasi
penangkapan tersebut sangatlah penting karena disamping alat tangkap yang
dipakai juga harus ada pengetahuan tentang daerah dan tujuan penangkapan.
Menurut Ayodhyoa (1981), bahwa deteksi dan penentuan daerah fishing ground merupakan faktor
keberhasilan dari operasi penangkapan ikan. Secara tradisional orang dapat
mengetahui adanya gerombolan ikan dengan adanya tanda-tanda alam sebagai
berikut :
1.
Adanya
buih/busa diatas permukaan air laut.
2.
Adanya
perubahan warna permukaan air laut.
3.
Adanya
riak kecil diatas permukaan air laut akibat aktivitas gerak ikan.
4.
Adanya
burung-burung yang menukik dipermukaan air laut.
Adanya tanda-tanda tersebut diatas,
maka dengan mudah para nelayan bisa mengetahui letak gerombolan ikan yang ada
diperairan.
Menurut Sadhori (1985), ada empat syarat yang harus dipenuhi
dalam menentukan daerah penangkapan yaitu :
1.
Adanya
ikan yang akan ditangkap.
2.
Ikan-ikan
tersebut dapat ditangkap.
3.
Penangkapan
dapat dilakukan secara terus menerus.
4.
Hasil
penangkapan tersebut dapat menguntungkan.
Penangkapan ikan akan berhasil baik
apabila dilakukan didaerah penangkapan yang tepat yakni tepat lokasi dan waktu.
Cara untuk mengetahui lokasi daerah penangkapan dan waktu yang tepat diperlukan
penyilidikan. Mencari dan menentukan lokasi daerah penangkapan ikan tidak mudah
dan tidak dapat ditentukan dalam waktu yang singkat. Pada umumnya para nelayan
biasanya mencari atau menentukan daerah penangkapan ikan dengan cara
tradisional berdasarkan pengalaman mereka seperti keadaan angin, pasang, surut,
keadaan bulan, musim dan lain-lain (Subani, 1972).
Diperairan
Indonesia, penangkapan dengan menggunakan pole
and line banyak terdapat diwilayah Indonesia timur seperti Minahasa,
Gorontalo, Air tembaga, Ambon, Bacan, Banda, Teratai dan Sorong.
Sedangkan
daerah penangkapan ikan dunia dengan menggunakan pole and line sebagai berikut:
a.
Antara
lintang 40 Lu dan 40 LS yaitu daerah kep Hawiai, Chilli, North Island, dan zona
ekuator lainnya.
b.
Daerah
kepulauan Hokkaido dan Filipina.
c.
Samudera
Atlantic dan Laut Mediterania (Ayhodya ,2004)
Penyebaran Ikan Cakalang
Cakalang dikenal sebagai perenang
cepat di laut zona pelagik. Ikan ini umum dijumpai di laut tropis dan subtropis
di Samudra Hindia, Samudra Pasifik, dan Samudra Atlantik. Cakalang tidak
ditemukan di utara Laut Tengah. Hidup bergerombol dalam kawanan berjumlah besar
(hingga 50 ribu ekor ikan). Makanan mereka berupa ikan, krustasea, cephalopoda,
dan moluska. Cakalang merupakan mangsa penting bagi ikan-ikan besar di zona
pelagik, termasuk hiu.
II.2.6 TEKNIK PENGOPRASIAN POLE AND LINE
Setelah semua persiapan telah
dilakukan, termasuk penyediaan umpan hidup, maka dilakukan pencarian gerombolan
ikan oleh seorang pengintai yang tempatnya biasanya dianjungan kapal, dan
menggunakan teropong. Pengoperasian bisa juga dilakukan didekat rumpon yang
telah dipasang terlebih dahulu. Setelah menemukan gerombolan ikan harus
diketahui arah renang ikan tersebut baru kemudian mendekati gerombolan ikan.
Sementara pemancing sudah harus bersiap-siap pada sudut kiri kanan dan haluan
kapal.
Cara mendekati ikan harus dari sisi
kiri atau kanan dan bukan dari arah belakang. Pelemparan umpan dilakukan oleh
boy-boy setelah diperkirakan ikan telah berada dalam jarak jangkauan
pelemparan, kemudian ikan dituntun kearah haluan kapal. Pelemparan umpan ini
diusahakan secepat mungkin sehingga gerakan ikan dapat mengikuti gerakan umpan
menuju haluan kapal. Pada saat pelemparan umpan tersebut, mesin penyomprot
sudah difungsikan agar ikan tetap berada didekat kapal. Pada saat gerombolan
ikan berada dekat haluan kapal, maka mesin kapal dimatikan. Selanjutnya,
pemancingan dilakukan dan diupayakan secepat mungkin mengingat kadang-kadang
gerombolan ikan tiba-tiba menghilang terutama jika ada ikan yang berdarah atau
ada ikan yang terlepas dari mata pancing dan jumlah umpan yang sangat terbatas.
Pemancingan biasanya berlangsung 15–30 menit.
Waktu pemancingan tidak perlu
dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing disebabkan pada saat joran
disentuhkan ikan akan jatuh keatas kapal dan terlepas sendiri dari mata pancing
yang tidak berkait. Berdasarkan pengalaman atau keahlian memancing nelayan,
pemancing kadang dikelompokkan kedalam pemancing kelas I, II, dan III.
Pemancing kelas I (lebih berpengalaman) ditempatkan dihaluan kapal, pemancing
kelas II ditempatkan disamping kapal, dekat kehaluan, sedangkan pemancing kelas
III ke samping kapal agak jauh dari haluan. Untuk memudahkan pemancingan, maka
pada kapal Pole and Line dikenal
adanya ”flying deck” atau tempat
pemancingan.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil diantaranya:
1.
Kebiasaan makan ikan cakalang adalah aktif pada pagi
hari dan kurang aktif pada siang hari, selanjutnya mulai aktif lagi pada sore
hari, dan tidak makan sekali pada malam hari. Pada saat mencari makan,
ikan cakalang biasanya membentuk schoolling
bergerak dengan cepat sambil meloncat-loncat di permukaan perairan. Puncak
kegiatan makan pagi ikan cakalang terjadi sekitar jam 08.00 hingga 12.00 dan
berkurang antara jam 13.00-16.00, kemudian memuncak lagi hingga matahari terbenam.
2.
Pole and line (huhate)
a.
Pengrtian Huhate (Skipjack pole and
line) atau umumnya lebih dikenal dengan “pole and line” adalah cara
pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan untuk menangkap ikan
cakalang yang banyak digunakan di perairan Indonesia. Selanjutnya dikatakan juga menurut
Ayodhoya, (1981), pole and line umum digunakan untuk menangkap ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga dengan kata perikanan pole and
line sering pengertian kita ke arah perikanan cakalang, sungguhpun dengan
cara pole and line juga dilakukan penangkapan albacore, mackerel dan
lain sebagainya.
b.
Klasifikasi huhate (pole and line). Kapal cakalang yang mempunyai ukuran
20 GT dengan kekuatan 40-60 HP. Menurut Ben–Yami,
FAO, (1980) dalam Nugroho dan Widodo,
(2005) dalam perkembangannya huhate dapat diklasifikasikan kedalam 2 (dua)
kategori yaitu: 1) Huhate (Skipjak Pole
and Line) Industri Dalam operasi penangkapan menggunakan kapal lebih dari
100 GT, bahan terbuat dari besi dan dilengkapi palka pendingin (freezer) dan Huhate
(Skipjak Pole and Line) Skala besar.
c.
Konstruksi huhate (pole
and line). Menurut Surur (2007) konstruksi Pole and Line terdiri
dari tiga komponen pokok yang ukurannya tidak terlalu besar dan khusus ini
adalah joran, tali dan pancing.
d.
Penangkapan
ikan cakalang dengan huhate atau pole
and line biasanya menggunakan beberapa jenis umpan untuk
mengumpulkan ikan cakalang yaitu: Umpan tiruan Umpan tiruan biasanya dibuat
dari bulu ayam dan dipasang pada mata kail dan Umpan hidup Jenis ikan
yang digunakan sebagai umpan hidup umumnya ikan pelagis kecil.
e.
Menurut
Ayodhyoa (1981), bahwa deteksi dan penentuan daerah fishing ground merupakan faktor keberhasilan dari operasi
penangkapan ikan. Secara tradisional orang dapat mengetahui adanya gerombolan
ikan dengan adanya tanda-tanda alam sebagai berikut : Adanya buih/busa diatas
permukaan air laut; Adanya perubahan warna permukaan air laut; Adanya riak
kecil diatas permukaan air laut akibat aktivitas gerak ikan; dan Adanya
burung-burung yang menukik dipermukaan air laut.
f. Hal lain yang perlu diperhatikan
pada saat pemancingan adalah menghindari ikan yang telah terpancing, jatuh
kembali kelaut. Hal ini akan mengakibatkan gerombolan ikan yang ada akan
melarikan diri ke kedalaman yang lebih dalam dan meninggalkan kapal, sehingga
mencari lagi gerombolan ikan yang baru tentu akan memakan waktu. Jenis-jenis
ikan tuna, cakalang, dan tongkol merupakan hasil tangkapan utama dari alat
tangkap Pole and Line.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar