I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah Beru adalah kelurahan di
kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kelurahan ini
terletak di Tanjung Bira. Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 % berada pada ketinggian 0 sampai dengan 1000
meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan tanah umumnya
0-400. Kabupaten
Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan,
terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah
ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba
1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km. Kabupaten
Bulukumba terletak pada koordinat antara 5o 20’ 00” – 5o
40’ 00” Lintang Selatan dan 119o 50’ 27” – 120o 28’ 27”
Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (www.bulukumbakab.go.id/):
·
Sebelah
Utara : berbatasan dengan
Kabupaten Sinjai
·
Sebalah
Selatan : berbatasan dengan Laut
Flores
·
Sebelah
Timur : berbatasan dengan Teluk
Bone
·
Sebelah
Barat : berbatasan dengan
Kabupaten Bantaeng
B. Tujuan praktik
Adapun tujuan dari laporan
ini mahasiswa mampu mengeksplorasi
faktor-faktor oseanografi terhadap perikanan purse seine.
I.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu
dan Tempat
Praktik lapang terpadu yang
dilaksanakan di desa Desa Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten
Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tanggal 30 oktober – 2
November 2014,
yang dilakukan oleh Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Adapun Fishing Base lokasi melaut 5°36’20,5”
LS dan 120°27’58,6”, pada tanggal 30 – 31 November 2014 pukul 17.04
Wita.
B. Alat
dan Bahan
Adapun
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan
berupa:
ALAT
|
KEGUNAAN
|
|
Alat Tulis
Menulis
|
Untuk mencatat
data-data yang dikumpulkan di lokasi praktik.
|
|
Peralatan
untuk mengumpulkan data oseanografi (Termometer, refrakto meter,
danLayanganarus)
|
Untuk
mengumpulkan data oseanografi berupa suhu, salinitas dan arus pada saat
melakukan hauling.
|
|
Kamera
|
Untuk memotret
kegiatan – kegiatan yang berlangsung dan dijadikan dokumentasi.
|
|
GPS (Global
Positioning System)
|
Untuk
menunjukkan titik ordinat.
|
|
Kuisioner
|
Untuk
mengumpulkan data praktik.
|
C. Metode
Pengambilan Data
Metode
yang digunakan dalam praktik mengenai eksplorasi perikanan tangkap yaitu metode
observasi, dan kuisioner ;
§ Kuisioner (wawancara)
Motede wawancara ataupun kuisioner merupakan
cara pendukung dalam mendapatkan data, yaitu dengan mewawancarai nelayan
§ Observasi
Metode observasi merupakan pengamatan
langsung di lapangan.
II.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. METODE PENANGKAPAN ALAT
Kapal pengangkut ikan adalah kapal yang
secara khusus dipergunakan untuk mengangkut ikan, termasuk memuat, menampung,
menyimpan, mendinginkan, atau mengawetkan (Ménard, Fonteneau dkk, 2013).
Purse
seine mulai digunakan pada kawasan pesisir di timur tropis Atlantik pada awal
tahun 1960-an. Sebagian besar wilayah lepas pantai Atlantik Equatorial tetap
bebas dari alat tangkap permukaan sampai 1975, tapi perikanan purse seine yang
dikembangkan antara tahun 1975 hingga 1990, target konsentrasi monospecific
tuna kuning besar (Thunnus tatistic). Sejak tahun 1991, penangkapan gerombolan
tuna menggunakan rumpon telah menyebar luas. Di Atlantik Equatorial khususnya
berkembang menjadi FAD musiman zona perikanan utama untuk cakalang (Katsuwonus
pelamis), tuna sirip kuning dan runa mata besar (Ménard, Fonteneau dkk, 2013).
a. Metode Penangkapan Alat Malam hari
Purse Seine di daerah Bulukumba melakukan metode pengoperasian pada
malam hari yaitu sebelum melakukan kwgiatan penangkapan
1) Persiapan, Persiapan menuju fishing ground, biasanya terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam pengoperasian purse seine. Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan
terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah
kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti air tawar, solar, minyak
tanah, garam dan bahan makanan. Para ABK mulai mengecek jarring, lampu, dan
juragan (kapten kapal) mengamati perairan yang berada di bagian bawah kapal.
Setelkah semuanya dicek, kapal yang berlabuh di
pelabuhan bira mulai meninggalkan pelabuhan dan menuju lokasi fishing ground
pukul 16.30 wita. Setelah 20 menit purse seine telah sampai ke fishing gound 1
dan mulai melepaskan kapal lampu yang dikendarai oleh 1 nelayan untuk berjaga. 30 ,menit selanjutnya telah sampai ke Fishing Gound
(FG) 2 dan melepaskan kapal lampu yang tersisa untuk
mengikat diri pada rumpon yang telah terpasang ditengah perairan. Kapal utama mulai meninggalkan FG dan menuju ke FB
yaitu di pelabuhan untuk menunggu aba-aba dari kapoal lampu yang telah terikat
di masing-masing rumpon.
2)
Setting, setelah menunggu
kurang lebih 2 – 3 jam, pada pukul 22.00 kapal utama mendapatkan telepon dari
kapal lampu yang berarti ikan yang berada di bawah rumpon tersebut telah
berkumpul. dengan adanya tanda-tanda alam sebagai berikut : Adanya buih/busa
diatas permukaan air laut; Adanya perubahan warna permukaan air laut; Adanya
riak kecil diatas permukaan air laut akibat aktivitas gerak ikan. Adanya
tanda-tanda tersebut diatas, maka dengan mudah para nelayan bisa mengetahui
letak gerombolan ikan yang ada diperairan.
Pada pukul 22.34 wita kapal telah sampai di FG 2. Sebelum
melakukan proses pelingkaran, terlebih dahulu perahu lampu yang terikat di rumpon harus melepaskan ikatannya. ketika
perahu lampu telah memisahkan diri maka ikan-ikan yang berada pada rumpon akan
mengikuti cahaya lampu pada perahu, setelah perahu lampu tersebut diperkirakan
telah menjauhi rumpon maka proses pelingkaran pun siap dilakukan. Proses pelingkaran ini diawali dengan penurunan
pelampung tanda, kapal mulai melingkari perahu lampu.
3)
Hauling, saat
alat telah dilingkarkan maka tali kolor mulai di tarik dan berbentuk kantong.
Dengan bantuan serok, nelayan mulai mengambil ikan yang berada didalam kantong
tersebut. Nelayan yang lain mulai menarik tali, pelampung purse seine dan di
naikkan keatas kapal.
b. Metode
Penangkapan Alat Siang Hari
Selain pada
malam hari, Purse seine juga dapat dioperasikan pada siang hari yang lebih
mengandalkan kecepatan kapal. Berikut;
1)
Persiapan, Persiapan menuju fishing ground,
biasanya terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan persiapan terhadap segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam pengoperasian purse seine. Pemeriksaan dan
perbaikan terutama dilakukan terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain
yang dianggap penting adalah kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti
air tawar, solar, minyak tanah, garam dan bahan makanan. Para ABK mulai
mengecek jarring, lampu, dan juragan (kapten kapal) mengamati perairan yang
berada di bagian bawah kapal.
2) Setting,
Kapal berangkat dari fishing base ke fishing ground pukul 05.00. penangkapan pada siang hari di lakukan di lokasi
Tanah Beru. Kapal purse seine mulai mencari fishing ground
dengan melihat tanda-tanda alam yang ada seperti Adanya buih/busa diatas
permukaan air laut; Adanya perubahan warna permukaan air laut; Adanya riak
kecil diatas permukaan air laut akibat aktivitas gerak ikan.; banyaknya burung yang berada
diatas perairan dan melihat ikan-ikan yang melompat keatas permukaan perairan. Adanya
tanda-tanda tersebut diatas, maka dengan mudah para nelayan bisa mengetahui
letak gerombolan ikan yang ada diperairan
Saat kapal mulai melihat
tanda-tanda tersebut dengan kecepatan yang harus lebih cepat dari pergerakan
ikan target, kapal mulai melingkarkan alat tangkap purse seine yang dimulai dari penurunan pelampung tanda dan
kapalpun melingkari target tangkapan.
3) Hauling, saat alat telah dilingkarkan maka tali kolor mulai di
tarik dan berbentuk kantong. Dengan bantuan serok, nelayan mulai mengambil ikan
yang berada didalam kantong tersebut. Nelayan yang lain mulai menarik tali,
pelampung purse seine dan di naikkan keatas kapal.
B. HASIL TANGKAPAN
Jenis ikan yang tertangkap saat melakukan operasi
penangkapan sangat berbeda-beda tergantung lokasi dan factor oseanografi. Jenis ikan yang tertangkap
adalah ikan Layang Decapterus rosella,
ikan kembung Rastrelliger kanagurta,
ikan Tembanng Sardinella aurita, dan
ikan Banjar Rastrelliger brancisoma.
Rat-rata
produksi ikan Layang per trip 20 hingga ratusan kg harga ikan Layang per musim
Rp 500 – 700 / basket; Rat-rata produksi ikan Cakalang per trip 500 – 1000 ekor Harga ikan Cakalang
per musim Rp 30 – 40 ribu / ekor; Rat-rata produksi ikan Banjar per trip 2- 50
basket Harga ikan Banjar per musim Rp 1 juta – 1,2 juta / basket; Rat-rata
produksi ikan kembung per trip Harga ikan Kembung per musim Rp 1 juta – 1,2
juta / basket.
Fishing ground yang paling baik biasanya
terletak pada daerah batas antara dua arus atau di daerah upwelling dan
divergensi. Batas arus (konvergensi dan divergensi) dan kondisi oseanografi
dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi tidak hanya sebagai perbatasan
distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga menyebabkan pengumpulan ikan pada
kondisi ini. Pengumpulan ikan-ikan yang penting secara komersi lbiasanya berada
pada tengah-tenga harus eddies. Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan
pengumpulan ikan dewasa dalam arus eddi (melalui rantai makanan).
Jadi, dapat disimpulkan hasil tangkapan
tertinggi berfariasi dalam setiap daerah fishing ground dengan factor
oseanografi yang berbeda juga di tiap melakukan hauling. Ikan tertangkap karena
daerah fishing ground merupakan daerah oseanografi yang disenangi, factor hanya
lewat, factor imigrasi, factor phototaxis positif terhadap cahaya, dan factor
penasaran.
C. HASIL OSEANOGRAFI
Berdasarkan
data oseanografi yang diperoleh selama mengikuti alat tangkap purse seine jumlah hasil tangkapan
berbeda-beda pada suhu dan kec. Arus yang sama. Adapun suhu 28.70c
dan kec. arus 8.1 cm/dtk jumlah ikan layang 10 kg, ikan kembung 35 kg, dan
cumi-cumi 20 kg. Pada suhu 29.10c dan kec. Arus 5.9 cm/dtk jumlah
ikan layang 100 kg, ikan kembung 75 kg dan cumi-cumi 30 kg. Pada suhu 29.10c
dan kec. Arus 7.2 cm/dtk jumlah ikan layang 30 kg, ikan kembung 30 kg, dan
cumi-cumi 20 kg.
Pada
suhu 28.60c dan kec. Arus 4.5 cm/dtk jumlah hasil tangkapan ikan
layang 120 kg, ikan kembung tidak ada, dan cumi-cumi 15 kg. Pada suhu 290c
dan kec. Arus 4.1 cm/dtk jumlah ikan layang 100 kg, ikan kembung 50 kg, dan
cumi-cumi 15 kg. Sedangkan pada suhu 28.90c dan kec. Arus jumlah
hasil tangkapan ikan layang 55 kg, ikan kembung 100 kg, dan cumi-cumi 20 kg.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali dkk. 2012.
“Kajian Kecepatan Kapal Purse Seiner Dengan Permodelan operasional Terhadap
Hasil Tangkapan yang Optimal”. Volume 22, No 3
Anonim, 2012.
Pengaruh Suhu ,Salinitas ,Arus, CahayaDanUpwellingTerhadapIkanTersedia online
di http://aldriyanus.blogspot.com/2012/10/pengaruh-suhu-salinitas-arus-cahaya-dan_3609.html
Online tanggal13 November 2014.
Anonim.
2013. www.bulukumbakab.go.id/
Ifa dkk. 2011.
Efektivitas Alat Tangkap Mini Purse Seine Menggunakan Sumber Cahaya Berbeda
Terhadap Hasil Tangkap Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Universitas Trunojoyo.
Madura. Volume 3, No. 1.
Ménard, Fonteneau
dkk. PhD, July 2013, " Exploitation Of Small Tunas By A Purse-Seine
Fishery With Fish Aggregating Devices And Their Feeding Ecology In An Eastern
Tropical Atlantic Ecosystem". Translation Journal. Volume 57: 525–530
http://www.idealibrary.com 17 November 2014.
Nurhayati. 2006.
DistribusiVertikalSuhu, Salinitas Dan Arus Di PerairanMorotai, Maluku Utara.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2006. :www.oseanografi.lipi.go.id No. 40
: 29 – 41.
Wibawa, Ari. 2010.
" Analisa Devinisi Kapal Ikan Purse Seine 109 Gt Km. Surya Redjeki ".
Translation Journal. Volume Vol 7, No 2.Universitas Dioponegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar