CAKALANG
I. WHAT??
Nama Indonesia :
Cakalang
Nama
Ilmiah : Katsuwonus Pelamis
Nama
Perdagangan : Skipjack
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Perciformes
Famili:Scombridae
Genus:
Katsuwonus
Spesies:
K. pelamis
Bentuk tubuh cakalang memanjang
seperti torpedo dan padat dengan penampang melintang yang membulat. Bagian
bawah gurat sisi memiliki 4-6 garis-garis hitam tebal yang membujur
seperti pita. Bagian bawah punggung dan perut berwarna keperak-perakan.
Punggung berwarna biru keungu-unguan. Tubuh tidak bersisik kecuali pada bagian
gurat sisi dan sirip punggung pertama. Cakalang mempunyai 7-9 sirip dubur
tambahan dan terdapat tiga tonjolan pada batang ekor (puslitbangkan, 1993 dalam Simbolon, 2003). Ukuran panjang
cakalang umumnya bervariasi menurut wilayah perairan. (Colleteand and Nauen, 1983 dalam Simbolon 2003) melaporkan bahwa
ukuran fork lenght maksimum ikan umum
tertangkap 40-80 cm dengan berat 8-10 kg.
Kebiasaan makan ikan cakalang
adalah aktif pada pagi hari dan kurang aktif pada siang hari, selanjutnya mulai
aktif lagi pada sore hari, dan tidak makan sekali pada malam hari. Pada
saat mencari makan, ikan cakalang biasanya membentuk schoolling bergerak dengan cepat sambil meloncat-loncat di
permukaan perairan. Puncak kegiatan makan pagi ikan cakalang terjadi sekitar
jam 08.00 hingga 12.00 dan berkurang antara jam 13.00-16.00, kemudian memuncak
lagi hingga matahari terbenam.
Individu cakalang dalam suatu Schooling mempunyai ukuran (size) yang relatif sama. Ikan-ikan yang
berukuran lebih besar biasanya berada lapisan yang lebih dalam dengan schooling yang lebih kecil. Ikan-ikan
yang lebih kecil biasanya berada dekat permukaan perairan dengan schooling yang lebih besar. Tingkah
laku tersebut umumnya dimanfaatkan oleh para nelayan untuk memudahkan
penangkapan.
II.
WHERE?? (Daerah Penangkapan)
Ikan cakalang melakukan
migrasi karena adanya perubahan beberapa faktor lingkungan seperti suhu,
salinitas dan arus, usaha mencari daerah perairan yang mengandung bahan makan
yang cukup, usaha mencari daerah Pemijahan (Nikolsky,
1963 dalam Simbolo, 2003). Hal ini sesuai dengan pendapatan Laevastu and Hayes, (1981) dalam Simbolon, (2003) yang menyatakan bahwa
pola kehidupan ikan termasuk cakalang tidak bisa dipisahkan dari faktor-faktor
oseanografi seperti suhu, salinitas, arus permukaan. Oksigen terlarut mempunyai
pengaruh yang besar terhadap periode migrasi msiman serta terdapatnya ikan
disuatu lokasi perairan.
Beberapa spesies ikan cakalang
cenderung pada perairan dengan kisaran suhu tertentu karena spesies ikan ini
sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Suhu optimum yang disukai ikan
cakalang untuk perairan Indonesia adalah 28 - 29° C. Dalam menentukan daerah
penangkapan ikan, faktor-faktor oseanografi lain pun seperti salinitas,
kandungan zat hara dan kelimpahan fitoplankton harus dipelajari.
Daerah Penangkapan ikan pada musim
barat ada pada payaos-payaos bagian utara dan barat, sementara daerahdaerah
penangkapan ikan pada musim timur berada pada payaos-payaos bagian timur
Gambar.2
Penyebaran Ikan Cakalang
Seperti yang terlihat dari gambar,
ikan Cakalang tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia diantaranya;
Samudera Hindia, Laut Timor, selat Makassar, teluk Bone., Teluk Tolo, Samudera
Pasifik, Laut Arafuru dan lain sebagainya. Ikan ini umum tidak ditemukan di utara Laut Tengah. Hidup
bergerombol dalam kawanan berjumlah besar (hingga 50 ribu ekor ikan). Makanan
mereka berupa ikan, krustasea, cephalopoda, dan moluska. Cakalang merupakan
mangsa penting bagi ikan-ikan besar di zona pelagik, termasuk hiu.
III.
WHEN??
(Musim Penangkapan)
Daerah
penyebaran ikan cakalang membentang disekitar 40º LU - 30º LS. Sebagian dari
perairan Indonesia merupakan lintasan ikan cakalang yang bergerak menuju
kepulauan Philipina dan Jepang. Itulah sebabnya ikan cakalang dijumpai hampir
sepanjang tahun di perairan kita, kelompok padat disekitar Kalimantan,
Sulawesi, Halmahera, Kepulauan Maluku dan sekitar perairan Irian Jaya. Musim
puncak pada bulan April – Juni dan Musim Peralihan 1 pada Oktober – Desember
IV.
HOW??
(Alat Tangkap)
Studi yang dilakukan Bustaman S dan
Hurasan (1997) menunjukkan bahwa ada tujuh jenis alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap ikan tuna/cakalang. Diantara ketujuh jenis alat tangkap
tersebut, Pole and line, Long line dan Trawl line
merupakan tiga jenis alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap ikan
tersebut (Winarso, 2004).
Untuk Cakalang, alat yang berperan
besar dalam penangkapan adalah Pole and line, tonda dan pancing ulur (Ditjen
Perikanan, 1989). Purse
Seine dan Rawai juga merupakan alat tangkap yang sering digunakan nelayan
Sulawesi untuk menangkap ikan Cakalang.
V. WHO?? (Nelayan)
Nelayan
yang sering melakukan penangkapan adalah nelayan yang hampir dari seluruh
penjuru Indonesia diantaranya : Nelayan Sulawesi Selatan, Nelayan NTB, Nelayan
NTT, Nelayan Jawa Timur, Nelayan Jawa Tengah, Nelayan Kalimantan, Dll.
REFERENSI :