LAPORAN PRAKTEK LAPANG
TERPADU PSP 2013
KABUPATEN POLEWALI
MANDAR
ANALISIS SISTEM DAN PROYEK PERIKANAN
IKE WULANDURI
L23111008
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA
PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kabupaten Polewali Mandar merupakan salah satu
dari lima kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat, yang secara
geografis terletak antara 30 40’ 00” - 30 32’ 05” Lintang Selatan dan 1180 53’
58” - 1190 29’ 35” Bujur Timur. Kondisi iklim Kabupaten Polewali Mandar
berdasarkan data tahun 2008 tercatat bahwa suhu udara maksimum rata-rata pada
siang hari mencapai 320C dan suhu minimum rata-rata pada alam hari
berkisar 250C. Jumlah curah hujan sepanjang tahun 2008 adalah 1.811
mm atau sebanyak 169 hari, curah hujan terbesar terjadi dari bulan Desember
hingga Juni.
Masyarakat di desa
Tonyaman kabupaten Polewali Mandar menggunakan alat penangkapan bagan perahu.
Bagan perahu merupakan modifikasi dari bagan
yang ada di Indonesia, seperti bagan tancap, bagan motor dan bagan apung.
Bagan
perahu sejak dahulu sudah menjadi alat penangkapan nomor 1 di desa Tonyaman.
Dengan adanya bagan perahu sejak dahulu, membuat anak-anak nelayan sudah
terbiasa dan sedikit demi sedikit mengerti dan memahami dengan baik alat penangkapan
tersebut. Dengan begitu, bagan yang dimiliki orang tua sudah menjadi hal biasa
apabila diturunkan ke anak mereka. Contohnya pak Anci yang sekarang bertugas
sebagai Juragan di kapal yang diberikan oleh pak H. Dullah ayahnya di
desaTonyaman kabupaten Polewali mandar.
Dengan
potensi sumber daya manusia di desa Tonyaman semakin membuat bagan perahu
menjadi andalan dalam setiap usaha penangkapan ikan, dimana di desa tersebut
terdapat banyak anak laki-laki yang lebih memilih melaut di bandingkan
melanjutkan sekolahnya. Mengapa bagan menjadi alat penangkapan nomor satu?
Karena anak-anak nelayan yang sudah terbiasa dengan kehidupan melaut, menurut
mereka bagan perahu sudah mereka mengerti dengan baik, sedangkan alat
penangkapan lain mereka tidak mengerti. “Dari pada pusing belajar untuk alat
penangkapan lain, berarti harus dimulai dari nol sedangkan jika menggunakan
Bagan Perahu apa lagi yang mau dipikir mending dilanjutkan” tutur salah satu
nelayan.
Oleh karena itu, melihat dari fakta dan
peluang yang ada. Kami melihat peluang untuk berwirausaha mengambil inisiatif
dan aksi nyata dalam perencanaan usaha yang matang dan professional sebagai
langkah kongkrit dalam mewujudkan lapangan kerja yang produktif dan menjanjikan
hasil yang maksimal.
B.
TUJUAN
Adapun tujuan usaha
penangkapan ikan dengan bagan perahu ini adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat
umum yang sedang mencari pekerjaan.
2. Agar mahasiswa dan
nelayan mengetahui apakah usaha penangkapan bagan perahu dapat menguntungkan.
C.
MANFAAT
Adapun manfaat usaha ini adalah sebagai peluang lapangan kerja yang
menjanjikan, tentunya usaha ini akan memberikan lapangan kerja yang baik dan
memberikan hasil yang maksimal.
BAB II
METODOLOGI PRAKTEK
A.
Waktu dan Tempat
Praktek lapang terpadu yang dilaksanakan di
PPI Lantora Jl. Bahari Barat, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat pada tanggal
4 Mei 2013, yang dilakukan oleh Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
B.
Alat
Adapun alat yang digunakan berupa:
·
Jaring digunakan untuk menangkap ikan
·
Lampu digunakan untuk memfokuskan ikan kearah
jaring di bagan perahu.
·
Sero digunakan untuk mengambil hasil tangkapan pada
jaring bagan perahu.
·
Sampan digunakan sebagai perahu yang mengantar atau
menjemput awak ke kapal.
C.
Metode Praktek
Bagan perahu biasa dioperasikan menjelang malam hingga
pagi. Persiapan yang dilakukan antara lain bahan bakar, makanan, kondisi waring
dan peralatan lainnya. Untuk mencapai daerah penangkapan, nelayan sebelumnya telah
memperkirakan posisi yang akan didatangi atau biasa disebut dengan rumpon. Pengalaman dan kebiasaan nelayan menjadi patokan.
Setelah sampai nelayan melakukan penurunan jangkar untuk
memastikan kapal tidak terbawa arus. Nelayan menyalakan lampu petromaks.
Petromaks dipompa setiap 15 menit untuk menjaga cahaya yang ada. Lampu
dipindahkan ke lambung kanan kapal sehingga ikan yang terkumpul tidak menyebar.
Setelah perairan mulai tenang waring diturunkan dengan
memasang bingkai pada bagian atas kantong dan kondisi lampu tetap terang.
Penurunan waring dilakukan perlahan kemudian dibiarkan selama 2-3 jam sampai
diperkirakan ikan sudah terlihat banyak.
Satu persatu lampu petromaks dimatikan yang diawali pada
seluruh lampu pertomaks luaran kapal, setelah juragan (kapten yang menentukan
segala hal di kapal) merasa ikan perlu di fokuskan lagi, lampu menyala hanya
lampu yang berada di sisi badan kapal yang berjumlah masing-masing 3 dari sisi
kanan dan kiri, setelah 15 menit, lampu yang berada dalam pipa dinyalakan, 3
lampu yang disisi kapal tadi dimatikan. Lampu yang berada didalam pipa
dimiringkan sehingga ikan hanya berfokus dibawah kapal.
Setelah ikan berkumpul, Juragan mulai memerintahkan
penarikan jarring. Penarikan waring dilakukan oleh seorang para ABK (Anak Buah
Kapal) secara perlahan dan bersamaan dengan penguluran tali jangkar oleh anak
buah kapal agar kapal perlahan mundur serta ikan tetap pada area penangkapan.
Waring diangkat hingga mencapai permukaan perairan.
Setelah bingkai waring mencapai permukaan kemudian
bingkai dilepaskan dan diangkat. Badan jaring ditarik dan ikan yang berada di
kantong waring diambil dengan menggunakan serokan. Hasil tangkapan diletakkan
di jarring kecil berukuran 2 x4 meter yang sudah dibentangkan diatas kapal.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Alat Tangkap Bagan perahu
Konstruksi alat tangkap ini terdiri dari jaring, bambu,
pipa besi, tali temali, lampu dan kapal bermesin. Bagian jaring dari bagan ini
terbuat dari bahan waring yang dibentuk menjadi kantung. Bagian kantung terdiri
dari lembaran-lembaran waring yang dirangkaikan atau dijahit sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk kantung berbentuk bujur sangkar yang dikarenakan
adanya kerangka yang dibentuk oleh bambu dan pipa besi.
Bambu anjungan sebagai tiang penggantung bagi penurunan
dan penarikan waring. Lampu petromaks berjumlah 40 buah. Bambu penggulung
berdiameter 12 cm dengan panjang 10 m. Tali/tambang berdiameter 08-1 cm dan
panjang keseluruhan 204 m yang dihubungkan di setiap ujung persegi bujur
sangkar. Kapal berukuran L x B x D = 13 m x 2,5 mx 1.2 m, dengan motor diesel
19 PK (Anonim, 2011).
B.
Daerah
Penangkapan
Lokasi penangkapan bagan perahu tidak
bersifat stationer. Sebelum melakukan
penangkapan para ABK sudah membuat rumpon di daerah yang akan di lakukan
penangkapan.
Daerah penangkapan alat tangkap bagan perahu
di perairan Polman
dipengaruhi oleh cuaca dan musim. Pada saat bulan
puranama, para nelayan tidak akan melakukan penangkapan ikan bukan hanya saat
bulan purnama namun setiap musim penghujan nelayan juga akan menpensiunkan diri
mereka sementara waktu.
C.
Jenis
Hasil Tangkapan
Jenis hasil tangkapan alat tangkap bagan perahu nelayan desa Tonyaman kabupaten Polman
yaitu jenis ikan pelagis yang senang bergerombol sehingga cocok dengan prinsip
kerja dari alat tangkap Bagan Perahu,
hasil tangkapannya antar lain : ikan tembang
Sardinella fimbriata , ikan Banyyara, Cumi-cumi Laligo sp., ikan Tongkol , dan ikan Banyyara .
BAB
III
ASPEK
EKONOMI
C.
MODAL
INVESTASI
Investasi Modal) adalah suatu bentuk penanaman modal untuk keperluan investasi,
baik investasi untuk suatu proyek atau investasi di bursa. Investasi ini dapat
dibiayai dengan 100% modal sendiri atau dapat dibiayai dengan sebagian pinjaman
(hutang).
Permasalahan yang timbul adalah pada saat pengambilan keputusan apakah
suatu proyek tersebut dilakukan pembiayaan dengan 100% modal sendiri atau
dilakukan pembiayaan dengan sebagian pinjaman atau malah dilakukan pembiayaan
100% dengan pinjaman.
Untuk itu langkah-langkah yang
perlu dilakukan sehubungan dengan investasi modal adalah (Anonim,2012) :
1.
Harus ada penaksiran arus kas
dari proyek tersebut selama usia ekonomisnya.
2.
Menentukan tingkat keuntungan
yang layak untuk proyek tersebut dengan memperhatikan resikonya.
3.
Memperhatikan penggunaan tingkat
suku bunga untuk menghitung present value proyek tersebut.
4.
Menghitung NPV (Net Present
Value) atas proyek tersebut yaitu selisih antara present value arus kas proyek
dengan nilai investasinya. Bilamana NPV nya lebih besar dari nol, maka
investasi tersebut layak dijalankan.
Untuk
mengoperasikan bagan perahu, Juragan sudah harus melakukan perincian biaya yang
akan di keluarkan guna menghasilkan penangkapan ikan yang dapat menguntungkan. Adapun
perincian yang ditanamkan oleh salah satu pemilik kapal tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Modal
Investasi
|
||
jenis
|
jumlah
|
harga
|
Kapal
|
1 Unit
|
Rp. 200,000,000.00
|
Mesin
|
3 Unit
|
Rp. 150,000,000.00
|
Jaring
|
2500 m2
|
Rp. 8,750,000.00
|
Pipa
|
2 Buah
|
Rp. 500,000.00
|
Keranjang
|
6 Buah
|
Rp. 80,000.00
|
Tali
|
10 Roll
|
Rp 4,000,000.00
|
Styrofoam
|
200 buah
|
Rp 9,000,000.00
|
Lampu
|
44 Mata
|
Rp 2,800,000.00
|
Perahu
|
1 Buah
|
Rp 400,000.00
|
Perizinan
|
Rp 375,000.00
|
|
Total
|
Rp. 375,905,000.00
|
D.
STRUKTUR
BIAYA
Adapun biaya –biaya pengeluaran pada usaha
alat tangkap bagan perahu di tempat diadakannya pengamatan adalah biaya tetap
dan biaya tidak tetap. Biaya tetap pada usaha penangkapan dengan menggunakan
alat tangkap bagan perahu terdiri dari biaya penyusutan dan administrasi ,
sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variable terdiri dari biaya perawatan
dan biaya eksploitasi atau operasi.
Biaya tetap adalah biaya yang relatif tidak
tergantung pada besar kecilnya hasil tangkapan yang termasuk biaya tetap pada unit
penangkapn adalah biaya penyusutan dan biaya administrasi . Biaya tidak tetap
atau biaya variabel adalh biaya besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil yang
dperoleh. Biaya variabel yang ada pada unit pengkapan ikan adalah biaya
operasional dan biaya perawatan (Anonim, 2011).
Biaya Total merupakan jumlah dari biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya variabel meliputi biaya pemeliharaan bahan-bahan
bakar seperti solar, minyak tanah, biaya operasional dan biaya konsumsi. Di
bawah ini tabel perincian biaya variable, biaya tetap dan total biaya (Atmaja, 2013)
Biaya operasional adalah biaya untuk
melaksanakan operasi penangkapan meliputi; bahan bakar, konsumsi, dan biaya
lampu. Besar kecilnya biaya operasional ditentukan oleh daerah penangkapan,
lama operasi, dan jumlah ABK (sebanyak 12 orang). Dapat dilihat dari tabel beriku (Ayodhyoa, 1981)
Struktur biaya adalah jumlah pengeluaran
nelayan dalam Operasi penangkapan di desa Tonyaman dalam sebulan hanya selama
24 hari.
Biaya Operasional
1. Solar ( Rp 4.500)
-
Solar/Trip (80 Ltr) Rp 360.000
-
Solar/24 Hari Rp 8.640.000
-
Solar/Tahun Rp 103.680.000
2. Konsumsi
-
Konsumsi/Trip Rp 700.000
-
Konsumsi/24 Hari Rp 16.800.000
-
Konsumsi/Tahun Rp 201.600.000
3. Es Balok (Rp 15.000)
-
Es/Trip Rp 330.000
- Es/24Hari Rp 7.920.000
-
Es/Tahun Rp 95.040.000
Biaya Operasional/Trip Rp 1.390.000
Biaya Operasional/24 Hari Rp
33,360,000
Biaya Operasional/Tahun Rp 400.320.000
Selain biaya opservasi adapun biaya
penyusutan Biaya penyusutan adalah biaya yang terjadi diakibatkan oleh umur terpakainya
alat tersebut. Biaya penyusutan dapat dihitung dengan cara membagi biaya
investasi dengan lama pemakaian alat tersebut.
Biaya Penyusutan
|
|||
1
|
kapal
|
Rp 20,000,000
|
|
2
|
mesin
|
Rp
15,000,000
|
|
3
|
jaring
|
Rp
875,000
|
|
4
|
pelampung
|
Rp
250,000
|
|
5
|
pipa
|
Rp
400,000
|
|
6
|
tali
|
Rp
4,000,000
|
|
7
|
keranjang
|
Rp
9,000,000
|
|
8
|
lampu
|
Rp
280,000
|
|
9
|
perahu
|
Rp
400,000
|
|
TOTAL
|
Rp 50,205,000
|
§ Biaya
tetap = Rp. 50,205,000 + Rp. 375,000.00
=
Rp. 50,580,000
§ Biaya
variable = Rp. 24.000.000 + Rp 400,320,000
= Rp. 424,320,000
Keterangan:
Dari sekumpulan struktur biaya diatas maka total biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp. 474,900,000 yang merupakan hasil penjumlahan dari biaya
tetap dan biaya variable.
1. Net
Present Value (NPV)
Adapun rumus NPV adalah (Kadariah,dkk.1978):
NPV = Σ{(Bt – Ct) / (1
– i)t} atau NPV = Σ{(Bt – Ct) x DF}
Dimana:
Bt = Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
Ct = Cost (biaya) pada tahun ke-t
n = Jangka waktu umur proyek (tahun)
DF atau i = discount Faktor ( bunga yang
berlaku)
Kriteria:
NPV > 0, maka proyek suatu usaha
menguntungkan
NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak
rugi
NPV < 0, maka proyek suatu usaha merugikan
= Total Pendapatan per tahun - Total Biaya
/ (1-6%)
= Rp. 2,031,840,000 - Rp. 474,900,000/(106)
=
Rp. 14,688,113
keterangan
Dari
nilai NPV di atas dapat dilihat jikalau hasilnya > 0 yang artinya usaha
penangkapan ikan dengan menggunakan Bagan Perahu menguntungkan.
2. Analisis Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C)
Rumus analisis Net Benefit Cost Ratio adalah
(Kadariah,dkk.1978) :
|
nΣt
=1bt-ct/(1+i)t (NPV-)
Dimana:
NPV (+)
= Total nilai PV of Net Benefit
yang berjumlah positif
NPV (-)
= Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah negatif
Kriteria:
Net B/C > 1, maka usaha layak untuk di
lanjutkan
Net B/C = 1, maka usaha impas
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk
dikembangkan.
keterangan
Hasil tersebut menunjukkan bahwa rasio
kelayakan usaha alat tangkap Bagan perahu bernilai 4,28 yang artinya usaha
penangkapan tersebut menguntungkan. Sehingga usaha bagan perahu di Desa
Tonyaman layak untuk
dikembangkan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dengan adanya praktek ini maka dapat disimpulkan:
1.
Usaha penangkapan
menggunakan bagan perahu sangat membantu anak muda desa Tonyaman kabupaten
Polman yang tidak memiliki pekerjaan. Sehingga pengangguran di desa Tonyaman
berkurang.
2.
Usaha penangkapan ikan
dapat digunakan karena bahan dan kontruksi alat yang ramah lingkungan dan dapat
menguntungkan bagi para nelayan digunakan sebagai modal kehidupan.
B. SARAN
Saran untuk nelayan, sebaiknya usaha penangkapan
ikan lebih ditingkatkan namun tetap jangan menangkap ikan berlebihan dalam
artian jika kapal sudah tidak mampu menangkap ikan lebih banyak, jangan
dilanjutkan simpan untuk masa penangkapan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja SB Dan Haluan J. 2003. Perubahan Hasil Tangkapan
Lestari Ikan Pelagis di Laut Jawa dan Sekitarnya. Buletin PSP. Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi
Sri. Bogor. 81 hal.
Kadariah, dkk. 1978.Pengatar Evaluasi Proyek.Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
http://dedyarisandi.trigunadharma.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/MODUL-2.pdf (diakses tanggal 23 pukul 21.15)
http://disbudparpolman.weebly.com/ (diakses tanggal 25 pukul 22.00)
http://indraputrabintan.blogspot.com/2012/04/langkah-langkah-investasi-modal.html (diakses tanggal 30 Mei pukul 06.30)
http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2011/05/bagan-perahu.html (diakses tanggal 30 Mei pukul 09.10 )
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23387/C08hpr.pdf?sequence=1 (diakses tanggal 23 pukul 21.16)
http://stfmpolman.com/home/author/admin/page/4/ (diakses tanggal 25 Mei pukul 22.00)
http://www.mdgspolman.org/about/ (diakses tanggal 30 Mei pukul 06.30)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar