Jumat, 11 Oktober 2013

ANALISIS SISTEM DAN PROYEK PERIKANAN



LAPORAN PRAKTEK LAPANG TERPADU PSP 2013
KABUPATEN POLEWALI MANDAR


ANALISIS SISTEM DAN PROYEK PERIKANAN

IKE WULANDURI
L23111008




PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
 Kabupaten Polewali Mandar merupakan salah satu dari lima kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat, yang secara geografis terletak antara 30 40’ 00” - 30 32’ 05” Lintang Selatan dan 1180 53’ 58” - 1190 29’ 35” Bujur Timur. Kondisi iklim Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan data tahun 2008 tercatat bahwa suhu udara maksimum rata-rata pada siang hari mencapai 320C dan suhu minimum rata-rata pada alam hari berkisar 250C. Jumlah curah hujan sepanjang tahun 2008 adalah 1.811 mm atau sebanyak 169 hari, curah hujan terbesar terjadi dari bulan Desember hingga Juni.
Masyarakat di desa Tonyaman kabupaten Polewali Mandar menggunakan alat penangkapan bagan perahu. Bagan perahu merupakan modifikasi dari bagan yang ada di Indonesia, seperti bagan tancap, bagan motor dan bagan apung.
Bagan perahu sejak dahulu sudah menjadi alat penangkapan nomor 1 di desa Tonyaman. Dengan adanya bagan perahu sejak dahulu, membuat anak-anak nelayan sudah terbiasa dan sedikit demi sedikit mengerti dan memahami dengan baik alat penangkapan tersebut. Dengan begitu, bagan yang dimiliki orang tua sudah menjadi hal biasa apabila diturunkan ke anak mereka. Contohnya pak Anci yang sekarang bertugas sebagai Juragan di kapal yang diberikan oleh pak H. Dullah ayahnya di desaTonyaman kabupaten Polewali mandar.
Dengan potensi sumber daya manusia di desa Tonyaman semakin membuat bagan perahu menjadi andalan dalam setiap usaha penangkapan ikan, dimana di desa tersebut terdapat banyak anak laki-laki yang lebih memilih melaut di bandingkan melanjutkan sekolahnya. Mengapa bagan menjadi alat penangkapan nomor satu? Karena anak-anak nelayan yang sudah terbiasa dengan kehidupan melaut, menurut mereka bagan perahu sudah mereka mengerti dengan baik, sedangkan alat penangkapan lain mereka tidak mengerti. “Dari pada pusing belajar untuk alat penangkapan lain, berarti harus dimulai dari nol sedangkan jika menggunakan Bagan Perahu apa lagi yang mau dipikir mending dilanjutkan” tutur salah satu nelayan.
Oleh karena itu, melihat dari fakta dan peluang yang ada. Kami melihat peluang untuk berwirausaha mengambil inisiatif dan aksi nyata dalam perencanaan usaha yang matang dan professional sebagai langkah kongkrit dalam mewujudkan lapangan kerja yang produktif dan menjanjikan hasil yang maksimal.

B.   TUJUAN
Adapun tujuan usaha penangkapan ikan dengan bagan perahu ini adalah sebagai berikut:
1.    Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat umum yang sedang mencari pekerjaan.
2.    Agar mahasiswa dan nelayan mengetahui apakah usaha penangkapan bagan perahu dapat menguntungkan.

C.   MANFAAT
Adapun manfaat usaha ini adalah sebagai peluang lapangan kerja yang menjanjikan, tentunya usaha ini akan memberikan lapangan kerja yang baik dan memberikan hasil yang maksimal.

BAB II
METODOLOGI PRAKTEK
A.   Waktu dan Tempat
Praktek lapang terpadu yang dilaksanakan di PPI Lantora Jl. Bahari Barat, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat pada tanggal 4 Mei 2013, yang dilakukan oleh Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
B.   Alat
Adapun alat yang digunakan berupa:
·         Jaring digunakan untuk menangkap ikan
·         Lampu digunakan untuk memfokuskan ikan kearah jaring di bagan perahu.
·         Sero digunakan untuk mengambil hasil tangkapan pada jaring bagan perahu.
·         Sampan digunakan sebagai perahu yang mengantar atau menjemput awak ke kapal.
C.   Metode Praktek
Bagan perahu biasa dioperasikan menjelang malam hingga pagi. Persiapan yang dilakukan antara lain bahan bakar, makanan, kondisi waring dan peralatan lainnya. Untuk mencapai daerah penangkapan, nelayan sebelumnya telah memperkirakan posisi yang akan didatangi atau biasa disebut dengan rumpon. Pengalaman dan kebiasaan nelayan menjadi patokan.
Setelah sampai nelayan melakukan penurunan jangkar untuk memastikan kapal tidak terbawa arus. Nelayan menyalakan lampu petromaks. Petromaks dipompa setiap 15 menit untuk menjaga cahaya yang ada. Lampu dipindahkan ke lambung kanan kapal sehingga ikan yang terkumpul tidak menyebar.
Setelah perairan mulai tenang waring diturunkan dengan memasang bingkai pada bagian atas kantong dan kondisi lampu tetap terang. Penurunan waring dilakukan perlahan kemudian dibiarkan selama 2-3 jam sampai diperkirakan ikan sudah terlihat banyak.
Satu persatu lampu petromaks dimatikan yang diawali pada seluruh lampu pertomaks luaran kapal, setelah juragan (kapten yang menentukan segala hal di kapal) merasa ikan perlu di fokuskan lagi, lampu menyala hanya lampu yang berada di sisi badan kapal yang berjumlah masing-masing 3 dari sisi kanan dan kiri, setelah 15 menit, lampu yang berada dalam pipa dinyalakan, 3 lampu yang disisi kapal tadi dimatikan. Lampu yang berada didalam pipa dimiringkan sehingga ikan hanya berfokus dibawah kapal.
Setelah ikan berkumpul, Juragan mulai memerintahkan penarikan jarring. Penarikan waring dilakukan oleh seorang para ABK (Anak Buah Kapal) secara perlahan dan bersamaan dengan penguluran tali jangkar oleh anak buah kapal agar kapal perlahan mundur serta ikan tetap pada area penangkapan. Waring diangkat hingga mencapai permukaan perairan.
Setelah bingkai waring mencapai permukaan kemudian bingkai dilepaskan dan diangkat. Badan jaring ditarik dan ikan yang berada di kantong waring diambil dengan menggunakan serokan. Hasil tangkapan diletakkan di jarring kecil berukuran 2 x4 meter yang sudah dibentangkan diatas kapal.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Deskripsi Alat Tangkap Bagan perahu
Konstruksi alat tangkap ini terdiri dari jaring, bambu, pipa besi, tali temali, lampu dan kapal bermesin. Bagian jaring dari bagan ini terbuat dari bahan waring yang dibentuk menjadi kantung. Bagian kantung terdiri dari lembaran-lembaran waring yang dirangkaikan atau dijahit sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kantung berbentuk bujur sangkar yang dikarenakan adanya kerangka yang dibentuk oleh bambu dan pipa besi.
Bambu anjungan sebagai tiang penggantung bagi penurunan dan penarikan waring. Lampu petromaks berjumlah 40 buah. Bambu penggulung berdiameter 12 cm dengan panjang 10 m. Tali/tambang berdiameter 08-1 cm dan panjang keseluruhan 204 m yang dihubungkan di setiap ujung persegi bujur sangkar. Kapal berukuran L x B x D = 13 m x 2,5 mx 1.2 m, dengan motor diesel 19 PK (Anonim, 2011).
B.   Daerah Penangkapan
Lokasi penangkapan bagan perahu tidak bersifat stationer. Sebelum melakukan penangkapan para ABK sudah membuat rumpon di daerah yang akan di lakukan penangkapan.
Daerah penangkapan alat tangkap bagan perahu di perairan Polman dipengaruhi oleh cuaca dan musim. Pada saat bulan puranama, para nelayan tidak akan melakukan penangkapan ikan bukan hanya saat bulan purnama namun setiap musim penghujan nelayan juga akan menpensiunkan diri mereka sementara waktu.

C.   Jenis Hasil Tangkapan
Jenis hasil tangkapan alat tangkap bagan perahu nelayan desa Tonyaman kabupaten Polman yaitu jenis ikan pelagis yang senang bergerombol sehingga cocok dengan prinsip kerja dari alat tangkap Bagan Perahu, hasil tangkapannya antar lain : ikan tembang  Sardinella fimbriata , ikan Banyyara, Cumi-cumi  Laligo sp., ikan Tongkol , dan ikan Banyyara .



BAB III
ASPEK EKONOMI

C.   MODAL INVESTASI
Investasi Modal) adalah suatu bentuk penanaman modal untuk keperluan investasi, baik investasi untuk suatu proyek atau investasi di bursa. Investasi ini dapat dibiayai dengan 100% modal sendiri atau dapat dibiayai dengan sebagian pinjaman (hutang).
Permasalahan yang timbul adalah pada saat pengambilan keputusan apakah suatu proyek tersebut dilakukan pembiayaan dengan 100% modal sendiri atau dilakukan pembiayaan dengan sebagian pinjaman atau malah dilakukan pembiayaan 100% dengan pinjaman.
Untuk itu langkah-langkah yang perlu dilakukan sehubungan dengan investasi modal adalah (Anonim,2012) :
1.    Harus ada penaksiran arus kas dari proyek tersebut selama usia ekonomisnya.
2.    Menentukan tingkat keuntungan yang layak untuk proyek tersebut dengan memperhatikan resikonya.
3.    Memperhatikan penggunaan tingkat suku bunga untuk menghitung present value proyek tersebut.
4.    Menghitung NPV (Net Present Value) atas proyek tersebut yaitu selisih antara present value arus kas proyek dengan nilai investasinya. Bilamana NPV nya lebih besar dari nol, maka investasi tersebut layak dijalankan.

Untuk mengoperasikan bagan perahu, Juragan sudah harus melakukan perincian biaya yang akan di keluarkan guna menghasilkan penangkapan ikan yang dapat menguntungkan. Adapun perincian yang ditanamkan oleh salah satu pemilik kapal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Modal Investasi
jenis
jumlah
harga
 Kapal
1 Unit
Rp.            200,000,000.00
 Mesin
3 Unit
Rp.            150,000,000.00
 Jaring
2500 m2
Rp.                8,750,000.00
 Pipa
2 Buah
Rp.                   500,000.00
Keranjang
6 Buah
Rp.                     80,000.00
 Tali
10 Roll
Rp                 4,000,000.00
Styrofoam
200 buah
Rp                 9,000,000.00
 Lampu
44 Mata
Rp                 2,800,000.00
 Perahu
1 Buah
Rp                    400,000.00
 Perizinan

 Rp                   375,000.00
 Total
Rp.            375,905,000.00

D.   STRUKTUR BIAYA
Adapun biaya –biaya pengeluaran pada usaha alat tangkap bagan perahu di tempat diadakannya pengamatan adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap pada usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap bagan perahu terdiri dari biaya penyusutan dan administrasi , sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variable terdiri dari biaya perawatan dan biaya eksploitasi atau operasi. 
Biaya tetap adalah biaya yang relatif tidak tergantung pada besar kecilnya hasil tangkapan yang termasuk biaya tetap pada unit penangkapn adalah biaya penyusutan dan biaya administrasi . Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalh biaya besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil yang dperoleh. Biaya variabel yang ada pada unit pengkapan ikan adalah biaya operasional dan biaya perawatan (Anonim, 2011).
Biaya Total merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel meliputi biaya pemeliharaan bahan-bahan bakar seperti solar, minyak tanah, biaya operasional dan biaya konsumsi. Di bawah ini tabel perincian biaya variable, biaya tetap dan total biaya (Atmaja, 2013)
Biaya operasional adalah biaya untuk melaksanakan operasi penangkapan meliputi; bahan bakar, konsumsi, dan biaya lampu. Besar kecilnya biaya operasional ditentukan oleh daerah penangkapan, lama operasi, dan jumlah ABK (sebanyak 12 orang). Dapat dilihat dari tabel beriku (Ayodhyoa, 1981)
Struktur biaya adalah jumlah pengeluaran nelayan dalam Operasi penangkapan di desa Tonyaman dalam sebulan hanya selama 24 hari.
Biaya Operasional
1.    Solar ( Rp 4.500)
-       Solar/Trip (80 Ltr)              Rp          360.000
-       Solar/24 Hari                                           Rp       8.640.000
-       Solar/Tahun                                                                 Rp   103.680.000
2.    Konsumsi
-       Konsumsi/Trip                   Rp         700.000
-       Konsumsi/24 Hari                                   Rp     16.800.000
-       Konsumsi/Tahun                                                   Rp   201.600.000
3.    Es Balok (Rp 15.000)
-       Es/Trip                               Rp         330.000
-       Es/24Hari                                                Rp       7.920.000
-       Es/Tahun                                                              Rp     95.040.000
Biaya Operasional/Trip                   Rp     1.390.000
Biaya  Operasional/24 Hari                                  Rp   33,360,000
Biaya Operasional/Tahun                                                  Rp    400.320.000
Selain biaya opservasi adapun biaya penyusutan Biaya penyusutan adalah biaya yang terjadi diakibatkan oleh umur terpakainya alat tersebut. Biaya penyusutan dapat dihitung dengan cara membagi biaya investasi dengan lama pemakaian alat tersebut.
Biaya Penyusutan

1
kapal
 Rp   20,000,000

2
mesin
 Rp   15,000,000

3
jaring
 Rp        875,000

4
pelampung
 Rp        250,000

5
pipa
 Rp        400,000

6
tali
 Rp     4,000,000

7
keranjang
 Rp     9,000,000

8
lampu
 Rp        280,000

9
perahu
 Rp        400,000

TOTAL
Rp  50,205,000


§  Biaya tetap        = Rp.  50,205,000 + Rp. 375,000.00
         = Rp. 50,580,000
§  Biaya variable    = Rp. 24.000.000 + Rp 400,320,000
                            = Rp. 424,320,000
Keterangan:
Dari sekumpulan struktur biaya diatas maka total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 474,900,000 yang merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable.

1.   Net Present Value (NPV)
Adapun rumus NPV adalah (Kadariah,dkk.1978):
NPV = Σ{(Bt – Ct) / (1 – i)t} atau NPV = Σ{(Bt – Ct)  x DF}
Dimana:
Bt       = Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
Ct      = Cost (biaya) pada tahun ke-t
n        = Jangka waktu umur proyek (tahun) 
DF atau i = discount Faktor ( bunga yang berlaku)
Kriteria:
NPV > 0, maka proyek suatu usaha menguntungkan
NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi
NPV < 0, maka proyek suatu usaha merugikan

    = Total Pendapatan per tahun - Total Biaya / (1-6%)
         = Rp. 2,031,840,000 - Rp. 474,900,000/(106)
         = Rp. 14,688,113
keterangan
Dari nilai NPV di atas dapat dilihat jikalau hasilnya > 0 yang artinya usaha penangkapan ikan dengan menggunakan Bagan Perahu menguntungkan.


2.   Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Rumus analisis Net Benefit Cost Ratio adalah (Kadariah,dkk.1978) :
Net B/C =
 
nΣt =1bt-ct/(1+i)t  (NPV+)
nΣt =1bt-ct/(1+i)t  (NPV-)
Dimana:
NPV (+)    = Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah positif
NPV (-)    = Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah negatif
Kriteria:
Net B/C > 1, maka usaha layak untuk di lanjutkan
Net B/C = 1, maka usaha impas
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dikembangkan.


keterangan
Hasil tersebut menunjukkan bahwa rasio kelayakan usaha alat tangkap Bagan perahu bernilai 4,28 yang artinya usaha penangkapan tersebut menguntungkan. Sehingga usaha bagan perahu di Desa Tonyaman layak untuk
dikembangkan

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.     KESIMPULAN
Dengan adanya praktek ini maka dapat disimpulkan:
1.    Usaha penangkapan menggunakan bagan perahu sangat membantu anak muda desa Tonyaman kabupaten Polman yang tidak memiliki pekerjaan. Sehingga pengangguran di desa Tonyaman berkurang.
2.    Usaha penangkapan ikan dapat digunakan karena bahan dan kontruksi alat yang ramah lingkungan dan dapat menguntungkan bagi para nelayan digunakan sebagai modal kehidupan.

B.     SARAN
Saran untuk nelayan, sebaiknya usaha penangkapan ikan lebih ditingkatkan namun tetap jangan menangkap ikan berlebihan dalam artian jika kapal sudah tidak mampu menangkap ikan lebih banyak, jangan dilanjutkan simpan untuk masa penangkapan selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Atmaja SB Dan Haluan J. 2003. Perubahan Hasil Tangkapan Lestari Ikan Pelagis di Laut Jawa dan Sekitarnya. Buletin PSP. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.  
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 81 hal. 
Kadariah, dkk. 1978.Pengatar Evaluasi Proyek.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
http://disbudparpolman.weebly.com/ (diakses tanggal 25 pukul 22.00)
http://stfmpolman.com/home/author/admin/page/4/ (diakses tanggal 25 Mei pukul 22.00)
http://www.mdgspolman.org/about/ (diakses tanggal 30 Mei pukul 06.30)