Rabu, 27 November 2013

Teknologi Alat Bantu Penangkapan Ikan



LAPORAN PRAKTIKUM
PULAU BALANG LOMPO


TEKNOLOGI ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN
(309L233)




Oleh:

IKE WULANDURI
L23111008


PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum  Mata Kuliah Teknologi Alat Bantu Penangkapan Ikan.
Laporan ini sebagai hasil praktek lapang terpadu di desa Mattiro Sompe, kab.Pangkep, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 – 27 oktober  2013, yang dilakukan oleh Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Laporan praktikum lapangan yang penulis buat ini berjudul “TEKNOLOGI ALAT BANTU PENANGKAPAN” .Laporan ini dapat diselesaikan dengan adanya kerjasama dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.
Dalam laporan ini masih banyak kekurangan, baik dalam sistematika penyusunan maupun penggunaan kata-kata.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai cerminan dalam penyusunan laporan berikutnya. Akhirnya kepada Allah jualah kami serahkan semuanya. Semoga laporan ini bisabermanfaat khususnya bagi kelompok kami, umumnya bagi para pembaca. Amin

Makassar,  28 Oktober 2013

PENULIS



DAFTAR ISI
Sampul ........................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................... .... ii
Daftar Isi................................................................................................... .... iii
DESKRIPSI MATA KULIAH................................................................ .... 1
BAB I  PENGANTAR TEORI................................................................ .... 2-3
1.  Klasifikasi Alat Bantu Penangkapan Ikan .................................... .... 2-3     
2.  Teknis Pelaksanaan Praktek .......................................................... .... 3
BAB II METODOLOGI PRAKTEK...................................................... .... 4-5
II.1 Waktu dan Tempat...................................................................... .... 4
II.2 Alat.............................................................................................. .... 4-5
II.3 Metode Pengambilan Data.......................................................... .... 5

BAB III  PEMBAHASAN....................................................................... .... 6-9
III.1 Deskripsikan alat penangkapan yang digunakan ...................... .... 6-7
III.2  Deskripsi Kapal......................................................................... .... 7
III.3  Deskripsi Alat Bantu................................................................. .... 8
III.4  Metode Pengoperasian ............................................................. .... 8-9

BAB IV  PENUTUP................................................................................. .... 10-11
IV.1  Kesimpulan............................................................................... .... 10-11
IV.2 Saran.......................................................................................... .... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... .... 12
Lampiran





DESKRIPSI MATA KULIAH
Nama Matakuliah            :    Teknologi Alat bantu Penangkapan Ikan
Kode Mata kuliah           :    305L233
                                             Semester Ganjil / 3 SKS
Dosen Pengampu            :    1. Muhammad Kurnia, S.Pi, M.Sc, Ph.D
1.      Prof. Dr. Ir. H. Sudirman, M.Pi
2.      Dr. Ir. Alfa Nelwan, M.Si
3.      Dr. Sarifuddin, S.Pi, MP
Deskripsi Matakuliah      :    Membahas mengenai pengertian tentang teknologi alat bantu penangkapan, jenis-jenis alat bantu penangkapan ikan, dan pemanfaatannya dalam operasi penangkapan ikan.
Sasaran Pembelajaran      :    Diharapkan setelah mengikuti praktek lapang mahasiswa :
1.      Mampu menjelaskan pengertian, klasifikasi, jenis-jenis alat bantu penangkapan ikan serta pemanfaatan setiap jenis alat bantu penangkapan pada berbagai alat penangkapan ikan.
2.      Mampu mengidentifikasi berbagai alat bantu penangkapan yang digunakan di atas kapal dan pada alat tangkap dilokasi praktek.
3.      Mengetahui teknik penangkapan ikan dengan berbagai jenis alat bantu penangkapan ikan yang digunakan di kapal dan pada alat tangkap.
Strategi Pembelajaran      :    Kegiatan praktek lapang dilakukan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan bersama nelayan dan melakukan wawancara dengan nelayan pemilik ABK kapal yang diikuti.
BAB I
 PENGANTAR TEORI

Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas terbentang dari Sabang hingga ke Merauke dengan jumlah pulau lebih dari 1.700 buah dengan potensi sumberdaya perikanan laut diperkirakan sebesar 6,7 juta ton/tahun dan baru dimanfaatkan sekitar 48% (Dahuri, 1996). Di sepanjang pantai pulau-pulau tersebut, hidup para nelayan yang mencari nafkah dengan menggunakan berbagai ragam alat tangkap dan alat bantu penangkapan ikan.
Untuk memanfaatkan potensi sumberdaya secara maksimal, diperlukan bukan hanya ilmu pengetahuan dan teknologi penangkapan ikan tapi lebih dari itumengoptimalkan pemanfaatan teknologi alat bantu dalam menunjang kegiatan operasi penangkapan ikan.
Teknologi alat bantu penangkapan ikan adalah semua teknologi dan instrumen yang digunakan dalam penangkapan ikan, baik untuk mengumpulkan ikan, mencari keberadaan ikan, menentukan daerah penangkapan, maupun untuk mempermudah pengoperasian alat tangkap
Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya daerah pesisir pantai Barat dapat ditemukan berbagai jenis alat tangkap yang digunakan nelayan maupun industri perikanan. Dimana bentuk, teknik dan alat bantu penangkapan yang digunakan berbeda berdasarkan alat tangkap dan jenis ikan yang menjadi target penangkapan.

1.      Klasifikasi Alat Bantu Penangkapan Ikan
Pada usaha penangkapan ikan, selain faktor teknologi alat (Fishing Gear Technology), metoda penangkapan (Fishing Method), kelimpahan ikan (Abundance) dan area distribusi (Fishing Area), ketrampilan nelayan (Crews), hal yang tidak kalah pentingnya adalah alat bantu penangkapan (Auxillary Fishing Gear). Beberapa jenis alat tangkap dapat meningkat produktivitasnya setelah menggunakan alat bantu penangkapan. Berdasarkan sifat dan fungsinya alat bantu penangkapan digolongkan ke dalam 3 kelompok yaitu :
1)      Alat bantu yang sifatnya mengumpulkan ikan (Aggregating Fish Device) pada suatu tempat sehingga mudah ditangkap. Contoh; rumpon, lampu (permukaan atau bawah air). Alat bantu jenis ini umumnya pasif atau dipasang menetap pada suatu tempat. Aplikasinya dapat dilihat pada purse seine, yang memakai rumpon pada siang hari atau lampu pada malam hari .
2)      Alat bantu yang sifatnya secara langsung mencari keberadaan ikan atau menentukan jenis sumberdaya ikan yang ada di dalam perairan. Contoh; Fish Finder atau Echosounder. Teknologi ini berkembang dengan cepat dan digunakan pada alat tangkap ikan dasar atau ikan tengah perairan. Jaring tarik (trawl) adalah salah satu jenis yang memakai teknologi ini.
3)      Alat bantu yang sifatnya secara tidak langsung dapat membantu menentukan daerah penangkapan ikan. Contohnya, Teknologi Marine Remote Sensing. Teknologi ini dapat membantu nelayan untuk menentukan daerah penangkapan

2.      Teknis Pelaksanaan Praktek
Sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan, dibentuk kelompok kerja mahasiswa dengan jumlah anggota disesuaikan dengan jumlah peserta matakuliah; yang terdiri dari 5 – 10 orang.
Prosedur kerja dilapangan adalah sebagai berikut :
1.        Asisten membentuk kelompok praktikan yang disesuaikan dengan jumlah/jenis alat tangkap yang ada dilokasi praktek.
2.        Setiap praktikan mempersiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan dalam operasi penangkapan termasuk alat tulis menulis.
3.        Setiap praktikan mencari data dan mengidentifikasi alat bantu penangkapan yang digunakan baik yang ada pada alat tangkap sebagai pelengkap maupun yang digunakan di atas kapal perikanan yang ada di lapangan.




BAB II
METODOLOGI PRAKTEK
II.1 Waktu dan Tempat
Praktek lapang terpadu yang dilaksanakan di pulau Balang Lompo desa/ kelurahan Mattiro Sompe Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep dengan fishing base 04o5634.3 S, 119o23’3.94 B pada tanggal 25 Oktober 2013, yang dilakukan oleh Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
II.2 Alat
Adapun alat yang digunakan berupa:
ALAT DAN BAHAN
KEGUNAAN
GPS

Serok                                                    


Jarring 1m x 1m
Basket



Lampu




Roller
digunakan sebagai alat untuk mengetahui posisi fishing base dan fishing Ground.
digunakan sebagai alat bantu penangkapan yangmengankat ikan yang berada di jarring bagan kemudian di naikkan ke kapal untuk di sortir.
untuk menyaring air yang tempat untuk menyortir ikan.
Digunakan sebagai tempat penyimpanan ikan setelah disortir
Digunakan sebagai alat bantu penangkapan
Tempat mengikatkan tali
II.3 Metode Pengambilan Data
Sebelum pelaksanaan praktek dan efektifitas kegiatan dilapangan, maka di bentuk 3 kelompok mahasiswa yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah peserta mata kuliah.  Prosedur kerja dilapangan adalah sebagai berikut:
a.       Eksplorasi ( pengambilan data langsung lapangan)
§  Mahasiswa di bentuk kelompok sesuai jumlah alat yang akan digunakan.
§  Selama mengikuti operasi penangkapan mahasiswa mencatat :
1.      Fishing base
2.      Posisi fishing ground ditentukan berdasarkan hauling
3.      Alat bantu yang digunakan
4.      Cara kerja alat penangkapan
b.      Wawancara (kuisioner)
§  Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok alat ( Bagan perahu, bubu, dan pancing)
§  Setiap mahasiswa melakukan wawancara pada nelayan







BAB III
PEMBAHASAN

Hasil /Lembaran Kerja I
Jenis Alat Tangkap     : Bagan Perahu
Desa/Kelurahan          : Mattiro Sompe  
Kec./Kab.                   : Liukang Tupabbiring / Pangkep

III.1 Deskripsikan alat penangkapan yang digunakan
Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari  rangkaian atau susunan bambu  berbentuk segi empat, pada bagian tengah dari bangunan bagan dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari bangunan bagan.
Pada dasarnya alat ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas bangunan bagan di bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan.
Prinsip penangkapan alat tangkap Bagan Perahu yaitu mengumpulkan ikan pada suatu tempat dan waktu tertentu dengan menggunakan alat bantu yaitu cahaya. Bagan Perahu memiliki ukuran yang besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang digunakan lebih banyak (sekitar 30 unit lampu). Satu unit bagan perahu terdiri atas beberapa komponen utama yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah : perahu, rangka, waring, bingkai jaring, roller, generator set (genset), lampu mercuri, dan rumah bagan.

III.2  Deskripsi Kapal
Gambar 2. Kapal yang digunakan di lokasi Praktek Lapang
Ukuran kapal bagan perahu yaitu; panjang (LOA): 20 m; Lebar: 17 m; dalam 17 m; dalam jarring saat diturunkan : 50 m; isi kotor: 15 GT; kapasitas palkah: 20 basket, 1 basket = 20 kg; mesin induk: Tjandong, kekuatan 2 HP/rpm, jenis bahan bakar solar, pemakaian (ltr/trip) 10 liter; Mesin bantu: Tjandong, kekuatan 2 HP/rpm, jenis bahan bakar solar, pemakaian (ltr/trip) 10 liter; Bahan kapal: kayu ulin dengan jumlah ABK (Anak Buah Kapal): 6 orang yang dimana semuanya memiliki hubungan keluarga.
Konstruksi alat tangkap ini terdiri dari jaring, bambu, pipa besi, tali temali, lampu dan kapal bermesin. Bagian jaring dari bagan ini terbuat dari bahan waring yang dibentuk menjadi kantung. Bagian kantung terdiri dari lembaran-lembaran waring yang dirangkaikan atau dijahit sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kantung berbentuk bujur sangkar yang dikarenakan adanya kerangka yang dibentuk oleh bambu.
Bambu anjungan sebagai tiang penggantung bagi penurunan dan penarikan waring. Lampu petromaks berjumlah 26 buah dengan 250 dan 400 watt. Bambu penggulung berdiameter 12 cm dengan panjang 10 m. Tali/tambang berdiameter 08-1 cm dan panjang keseluruhan 204 m yang dihubungkan di setiap ujung persegi bujur sangkar.

III.3  Deskripsi Alat Bantu




 

Gambar 3. sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan.

1.      Menggunakan lampu sebanyak 26 buah lampu yang terdiri dari 20 buah dengan tenaga 400 watt, dan 6 buah dengan tenaga 250 watt.
2.      Roller terdiri dari 7 buah yaitu 2 buah roller utama dan 5 buah roller pembantu.
3.      Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berfungsi untuk memudahkan dalam pengambilan ikan dari jaring.
4.      Basket berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir.

III.4  Metode Pengoperasian
Persiapan menuju fishing ground, biasanya terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pengoperasian bagan perahu. Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti air tawar, solar, minyak tanah, garam dan bahan makanan. Para ABK mulai mengecek jarring, lampu, dan juragan (kapten kapal) mengamati perairan yang berada di bagian bawah kapal.
Pukul 18.08, kapal tiba di fishing ground antara 5 -10 menit. Secara tradisional nelayan dapat mengetahui adanya gerombolan ikan dengan adanya tanda-tanda alam sebagai berikut : Adanya buih/busa diatas permukaan air laut; Adanya perubahan warna permukaan air laut; Adanya riak kecil diatas permukaan air laut akibat aktivitas gerak ikan. Adanya tanda-tanda tersebut diatas, maka dengan mudah para nelayan bisa mengetahui letak gerombolan ikan yang ada diperairan.
Sebelum diturunkan, lampu yang mengelilingi bagan perahu di bagian luar di nyalakan. Jaring diturunkan dari buritan kiri dibawa ke haluan dan ke samping, di tarik ke samping kanan. Pada bagian kiri, jarring mulai diikat pada roll panjang dan besar. Jarring diikat mengelilingi bagan dengan model bingkai dan tali diikatkan ke roll kecil yang berada disisi kanan kiri dan depan belakang bagan.
Secara tradisional nelayan dapat mengetahui adanya gerombolan ikan dengan adanya tanda-tanda alam sebagai berikut : Adanya buih/busa diatas permukaan air laut; Adanya perubahan warna permukaan air laut; Adanya riak kecil diatas permukaan air laut akibat aktivitas gerak ikan. Adanya tanda-tanda tersebut diatas, maka dengan mudah para nelayan bisa mengetahui letak gerombolan ikan yang ada diperairan.
Pada pukul 19.12 lampu kuning disisi kanan dan kiri kapal dinyalakan. Beberapa menit kemudian, pukul 20.02 lampu belakang dimatikan, lampu 1 dari belakang mati, 2 dari belakang mati, lampu 1 dari depan mati. Kiri dan kanan mati. 2 dari depan kiri dan kanan mati, 1  dibagian depan tetap menyala. Beberapa menit kemudian, lampu depan dimatikan. Ikan difokuskan dengan lampu bagian.
Jarring di angkat dan tarik dari sisi kiri ke sisi kanan. Dengan bantuan serok, ikan yang di jarring waring dinaikkan keatas tempat yang terbuat dari jarring dan di buat box dengan ukuran 1m x 1m yang berfungsi sebagai tempat nelayan menyaring ikan, sehingga airnya turun. Saat ikan sudah diangkat semua dari jarring waring, nelayan mulai menyortir ikan dari beda jenis sampai ukuran ikan masing-masing jenis.







BAB IV
PENUTUP
IV.1  Kesimpulan
Setelah melakukan praktek lapang ini, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Prinsip penangkapan alat tangkap Bagan Perahu yaitu mengumpulkan ikan pada suatu tempat dan waktu tertentu dengan menggunakan alat bantu yaitu cahaya. Bagan Perahu memiliki ukuran yang besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang digunakan lebih banyak (sekitar 30 unit lampu). Satu unit bagan perahu terdiri atas beberapa komponen utama yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah : perahu, rangka, waring, bingkai jaring, roller, generator set (genset), lampu mercuri, dan rumah bagan.
2.      Ukuran kapal bagan perahu yaitu; panjang (LOA): 20 m; Lebar: 17 m; dalam 17 m; dalam jarring saat diturunkan : 50 m; isi kotor: 15 GT; kapasitas palkah: 20 basket, 1 basket = 20 kg; mesin induk: Tjandong, kekuatan 2 HP/rpm, jenis bahan bakar solar, pemakaian (ltr/trip) 10 liter; Mesin bantu: Tjandong, kekuatan 2 HP/rpm, jenis bahan bakar solar, pemakaian (ltr/trip) 10 liter; Bahan kapal: kayu ulin dengan jumlah ABK (Anak Buah Kapal): 6 orang yang dimana semuanya memiliki hubungan keluarga.
3.      Persiapan menuju fishing ground, biasanya terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pengoperasian bagan perahu. Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti air tawar, solar, minyak tanah, garam dan bahan makanan. Para ABK mulai mengecek jarring, lampu, dan juragan (kapten kapal) mengamati perairan yang berada di bagian bawah kapal.


IV.2 Saran
-          Untuk  Praktek Lapang: Sebaiknya teknologi alat bantu seperti echosounder dapat digunakan saat melakukan praktek lapang, agar kami mahasiswa juga mengetahui cara kerja echosounder secara langsung.
-          Untuk Mata Kuliah: Cara belajarnya sangat baik sehingga kami mengerti mata kuliah teknologi alat bantu penangkapan dengan jelas.

















DAFTAR PUSTAKA
Atmaja SB Dan Haluan J. 2003. Perubahan Hasil Tangkapan Lestari Ikan Pelagis di Laut Jawa dan Sekitarnya. Buletin PSP. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.  
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 81 hal.